Ilustrasi hacker. (Istockphoto/ Xijian)
LENSAPANDAWA.COM –
Pakar keamanan siber dari CISSRec, Pratama Persadha, menyatakan, peretasan terhadap ponsel bisa dilakukan melalui berbagai cara dan aplikasi. Hal itu menanggapi dugaan peretasan ponsel pengacara buron kasus korupsi Djoko Tjandra, Anita Kolopaking.
Menurut Pratama peretasan semacam ini tidak bisa dilakukan sembarang orang.
“Kalau itu butuh tau teknik hacking. Bisa SQL Injection, Cross Scripting Attack, dan lain-lain,” ujar Pratama kepada , Kamis (16/7).
Pratama menuturkan perangkat lunak untuk meretas bisa apa saja, dari yang gratisan sampai yang berbayar. Meski tidak mudah untuk diaplikasikan, dia berkata perangkat lunak untuk meretas tersedia di internet.
Lebih lanjut Pratama mengatakan inti peretasan ponsel pintar adalah menyisipkan malware ataupun spyware yang bisa dikontrol oleh peretas. Misalnya yang paling mahal dan kontroversial adalah malware pegasus buatan perusahaan asal Israel, NSO.
Dia berkata korban pegasus tak main-main, salah satunya CEO Amazon Jeff Bezos. Menurut para ahli yang memeriksa ponsel iPhone Jeff, dia berkata kemungkinan besar penyebab menjadi korban peretasan pegasus setelah menerima file video dan panggilan dari Pangeran Saudi, Muhammad bin Salman.
“Akibatnya, chat perselingkuhannya dengan salah satu anchor news ternama di AS terbongkar dan disebar ke publik. Akhirnya Jeff Bezos bercerai dengan istirnya pada 2018,” ujarnya.
“Juga di timur tengah beberapa aktivis demokrasi melapor ke Amnesti Internasional karena merasa menjadi korban pengintaian pegasus,” ujar Pratama.
Sedangkan perangkat lunak untuk meretas yang murah, lanjut dia, sejatinya juga tidak begitu mudah karena memerlukan akses fisik. Dia menyebut diperlukan proses instalasi dengan akses fisik pengguna sehingga malware bisa aktif di ponsel korban.
“Atau yang lebih modern, mengirimkan file yang harus diklik maupun diinstal oleh korban. Beberapa cara ini yang umumnya membuat smartphone bisa diintai oleh pelaku peretasan,” ujarnya.
Terkait hal itu, Pratama menyebut ada sejumlah langkah untuk menghindari peretasan. Pertama, dia berkata akses fisik terhadap ponsel jangan pernah diserahkan ke orang lain, bahkan ke asisten pribadi sekalipun.
Kedua, kata dia, yang paling penting dan agak susah adalah menyembunyikan nomor utama. Dia berkata cara kedua relatif susah karena nomor pastinya dimiliki orang lain.
“Namun ada beberapa cara, misalnya nomor yang dipakai di smartphone berbeda dengan nomor whatsapp yang aktif dipakai. Prinsipnya kita selalu waspada karena tidak ada teknologi yang benar-benar bebas 100 persen dari peretasan,” ujar Pratama.
Pakar keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya, mengatakan aplikasi untuk meretas bermacam-macam dan banyak tersedia, mulai dari yang paling murah sampai paling mahal.
Meski enggan secara spesifik membeberkan cara peretasan, dia menilai tindakan peretasan yang diduga dilakukan pemilik akun @xdigeeembok merupakan hal baik.
Sebab, peretasan itu memperlihatkan adanya celah yang masih sangat banyak di Indonesia dan sangat mudah digunakan oleh siapa saja yang memiliki power baik koneksi uang dan kekuasaan untuk mencapai tujuannya.
“Semoga saja hal ini bisa menjadi evaluasi bagi kita semua memperbaiki diri dan makin hari makin baik,” ujar Alfons kepada CNNIndonesia.com.
Alfons juga bilang lembaga kependudukan yang menjadi salah satu celah yang bisa dimanipulasi perlu diperhatikan oleh pihak terkait. Dia berharap ada cara mencegah hal yang sama terjadi di masa depan.
“Saya pikir itu yang lebih penting,” ujarnya.
(pjs/fea)