Ilustrasi. Kerusakan hutan disebut menjadi salah satu penyebaran penyakit menular seperti pandemi corona saat ini. (Carl DE SOUZA / AFP)
LENSAPANDAWA.COM – Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) Joko Pamungkas menyatakan perusakan lingkungan merupakan sumber penularan penyakit, termasuk Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2.
Hal ini menurutnya berdasarkan kajian pada jurnal yang dibuat pada tahun 2013. Jurnal itu menyebut sebagian besar pemicu kemunculan Emerging Infectious Diseases (EID) akibat deforestasi atau perusakan hutan.
EIDs adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya. Penyakit ini juga bisa jadi sudah ada sebelumnya namun meningkat dengan sangat cepat. Peningkatan terkait dengan jumlah kasus baru dan penyebaran ke wilayah baru.
Lebih lanjut, perubahan penggunaan lahan ini meningkatkan kontak antara satwa liar dengan manusia, maupun juga ke ternak. Di tengah situasi itu, dia berkata terjadi limpahan patogen dari satwa liar ke manusia atau hewan ternak.
“Perubahan ini menyebabkan perubahan dinamika ekologi antara interaksi inang dengan patogen. Sehingga terjadi transmisi antar spesies,” ujarnya dalam diskusi virtual, Kamis (14/5).
Joko menyampaikan virus yang menimbulkan penyakit pada manusia banyak ditemukan pada ordo kelelawar, primata dan hewan pengerat.
“Terkait dengan Covid-19 yang disebabkan SARS-CoV-2 ini, satu jenis kelawar yang sudah disebutkan sebagai inang alaminya adalah Horseshoe bats atau Rhinolophus sp. Ada yang besar, ada yang kecil. Keduanya diindikasikan bisa membawa SARS-CoV,” ujar Joko.
Pemicu ekologis penyakit menlar ini menurutnya berkaitan dengan berkurangnya keragaman satwa liar, bertambahnya kepadatan populasi manusia, perubahan pemanfaatan hutan, dan perubahan industri pertanian.
“Di luar pemicu ekologi, ada pemicu lain yaitu sebetulnya perilaku spesifik yang memungkinkan kontak antara satwa liar dengan manusia semakin erat. Sehingga dalam segitiga epidemiologi patogen, host, dan lingkungan menyebabkan penyakit yang dinamakan zoonotik,” ujar Joko.
Di sisi lain, Joko menyampaikan peran satwa liar dalam menularkan penyakit kepada manusia ada dua cara. Pertama, dia berkata satwa liar sebagai inang alami bisa menularkan langsung ke manusia. Misalnya, penyakit virus Nipah di mana kelelawar mengkontaminasi makanan hingga panen air nira.
“Kedua bisa juga lewat inang perantara. Bisa juga satwa liar lain atau mungkin hewan ternak,” ujarnya.
Dia menambahkan rentang inang virus corona sangat luas, mulai dari manusia, hewan peliharaan, hewan ternak, hingga hewan laboratorium. Sedangkan satwa liar yang sudah dilaporkan menjadi inang virus corona adalah kelelawar, civet (sejenis luwak), badger, tikus bambu, dan berbagai jenis burung.
Lebih dari itu, Joko menyampaikan virus corona termasuk jenis virus yang tidak ditularkan langsung dari inangnya. Dia mengatakan virus itu membutuhkan inang perantara untuk menginfeksi manusia.
Namun, hingga kini para peneliti masih mencari tahu inang perantara Covid-19 ini dari hewan liar ke manusia.
“Ada beberapa dugaan, ada dikatakan pangolin (trenggiling) tapi ternyata tidak lebih dekat kemiripannya dengan yang ada di kelelawar. Sehingga teori itu gugur, juga yang diular,” ujarnya.
Pada kasus SARS tahun 2003 misalnya, dia berkata inang perantaranya adalah Masked Palm Civet, Himalayan Palm Civet, dan Racoon dog. Sedangkan pada MERS tahun 2012/2013, dia menyebut diperantarai oleh Unta. (jps/eks)