Ilustrasi vaksin virus corona. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
LENSAPANDAWA.COM – Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Sudoyo menyatakan belum ada negara, termasuk Indonesia yang berhasil membuat vaksin virus corona yang menyebabkan SARS-CoV-2. Dia mengatakan vaksin SARS-CoV-2 masih dalam uji klinis kepada relawan.
“Vaksin untuk penyakit ini itu sudah dikembangkan oleh berbagai macam institusi atau laboratorium. Tapi, satupun belum ada yang betul-betul lepas (tercipta),” ujar Hera di Jakarta, Selasa (10/3).
Hera menuturkan uji klinis harus dilakukan guna memastikan vaksin mana yang tepat untuk melawan SARS-CoV-2. Ini cukup mendesak untuk menekan angka kematian di dunia akibat virus corona. Terbaru, Indonesia mengumumkan kematian pertama pasien positif corona dengan nomor 25.
Meski belum memiliki vaksin, Hera menyampaikan Eijkman telah berdiskusi dengan Kementerian Kesehatan untuk membahas kemungkinan Indonesia membuat vaksin Covid-19. Pembuatan vaksin, dia berkata dengan pertimbangan terjadi Covid-19 menjadi pandemi.
“Jika pandemi, negara-negara pembuat vaksin pasti akan menyimpan untuk negaranya sendiri. Bagaimanapun juga Indonesia harus mulai mengembangkan sendiri seandainya stok yang ada, yang sudah dikembangkan dari negara lain itu tidak cukup,” ujarnya.
Di sisi lain, Hera menyampaikan corona bukan virus yang direncanakan. Dia berkata membuat vaksin SARS-COV-2 adalah sesuatu yang sifatnya keadaan darurat.
“Jadi kita (sekarang) masih bicara strateginya apa, terus target-target juga harus dipilih yang mana yang paling baik untuk di gunakan di Indonesia,” ujar Hera.
Waktu Singkat Dengan Biaya Tinggi
Hera menyatakan pembuatan vaksin SARS-CoV-2 akan menelan biaya yang sangat tinggi. Dia berkata hal itu lantaran pemerintah akan membentuk konsorsium dari beberapa lembaga untuk membuat vaksin.
Namun, Hera berharap konsorsium yang dibuat nantinya diisi oleh peneliti yang memiliki dedikasi tinggi bekerja untuk menciptakan vaksin virus corona.
“Itu kan perlu cost. Jadi real money lah,” ujar Hera.
[Gambas:Video CNN]
Adapun terkait dengan lama pembuatan vaksin, Hera berkata tergantung dari kapan Indonesia memulai. Akan tetapi, dia memprediksi Indonesia bisa cepat karena sejumlah negara mampu membuat sampel vaksin tiga bulan setelah SARS-CoV-2 muncul pertama kali di Kota Wuhan, Hubei, China.
“kalau mereka bisa lakukan tiga bulan, ya masa kita tidak bisa sih. Tapi orang yang dicari harus berdedikasi untuk itu, kita taruh untuk itu, dan juga funding-nya juga mungkin agak longgar ya,” ujarnya.
Lebih dari itu, Hera kembali menegaskan Indonesia harus membuat vaksin SARS-CoV-2. Sebab, dia berkata virus corona memiliki potensi pandemi.
“Kalau sekarang, oke tidak ada apa-apa, kita mungkin bisa menggantungkan diri kita pada vaksin orang lain. Sampai ada pandemi pasti stoknya untuk negaranya masing-masing,” ujar Hera.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.