Ilustrasi penjual ritel. (CNN Indonesia/Safir Makki)
LENSAPANDAWA.COM – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) menyebut sejumlah pengusaha ritel nasional terpaksa mempromosikan barang dagangan mereka ke platform media sosial akibat pandemi virus corona SARS-Cov-2.
Menurut Wakil Ketua Umum APRINDO, Fernando Repi, saat ini pelaku bisnis ritel juga mesti mulai beradaptasi dengan penjualan omnichannel (menggunakan lebih dari channel penjualan).
“Akhirnya secara terpaksa bahwa peritel mensiasati transaksi offline yang berkurang, akhirnya kita mulai masuk online, belanja online melalui aplikasi, pesan di WhatsApp, dan lainnya,” kata Fernando saat acara Surviving The Covid-19, Preparing The Post secara virtual, Selasa (28/4).
Kendati demikian, Fernando mengatakan kontribusi penjualan secara online belum begitu terlihat kenaikan signifikan dibanding offline.
“Kita akui belum besar kontribusi (penjualan online) dibanding penjualan ritel offline. Kemudian peritel juga tengah berupaya untuk delivering shopping untuk bertahan di era saat ini,” pungkasnya.
Menurut data internal APRINDO, transaksi penjualan toko ritel pakaian pada kuartal pertama 2020 tercatat turun hingga 80 persen.
“Data-data yang kita sampaikan ini cukup miris ya, penjualan ritel toko pakaian turun hingga 80 persen diakibatkan ada pusat-pusat perbelanjaan tutup,” tutur Fernando.
Sementara data SKU (Stock Keeping Unit) untuk toko ritel groseri pada kuartal pertama 2020 turun sampai 45 persen.
Sebelumnya, pengamat pemasaran Inventure Consulting Yuswohady mengatakan ada 11 sektor bisnis yang bakal naik daun di tengah pandemi virus corona di Indonesia.
Misalnya, groseri atau belanja bahan makanan, logistik dan pengiriman, perdagangan elektronik atau e-commerce, hingga jasa layanan antar makanan.
“Stay at home economy lahir, awalnya kita tidak mungkin lagi keluar rumah, semua orang harus di rumah. Social distancing ini akan melahirkan new normal,” ujarnya melalui video conference, Senin (13/4).
Yuswohady menyebut berdasarkan survei Nielsen pada Maret lalu, ada 30 persen konsumen Indonesia lebih sering berbelanja online setelah pemberlakuan social distancing.
“Sekarang kita mungkin masih berbelanja ke luar, tapi dengan PSBB makin ketat, maka semua akan beralih ke online,” imbuh dia.
Ia meyakini belanja online tidak hanya untuk produk fesyen seperti yang terjadi selama ini, tapi mulai mengarah ke grocery dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Meningkatnya permintaan belanja online ini. akan mendongkrak bisnis logistik.
(din/DAL)