Ketua Pemuda Katolik Indonesia, dr. Karolin Margret Natasa (ANTARA/Rendra Oxtora)
LENSAPANDAWA.COM – Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Karolin Margret Natasa mengimbau kepada seluruh pemuda Katolik yang ada di Indonesia dan Kalbar khususnya untuk bisa membangun jejaring dalam membantu bangsa ini menghadapi berbagai permasalahan yang ada dan dapat membuka sekat perbedaan yang terjadi di tengah masyarakat.
"Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, kita sedang menghadapi berbagai permasalahan dimana persoalan tersebut membuat kita tersekat-sekat. Sebagai pemuda Katolik bukan berarti menjadi eksklusif atau inklusif, tetapi bagaimana menjadi pendobrak penghalang-penghalang tersebut," kata Karolin di Pontianak, Minggu.
Menurutnya, kader Pemuda Katolik diharapkan dapat berbuat sesuai dengan Tri Prasetya Pemuda Katolik.
"Kesetiaan kita adalah pada gereja dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, siapapun yang berusaha mengganti Ideologi negara ini, harus berhadapan dengan pemuda Katolik," tuturnya.
Selain itu, Karolin juga mengingatkan, agar pemuda Katolik selalu berada di tengah masyarakat. Setiap kegiatan yang dilakukan harus dapat membantu serta menyentuh masyarakat, terutama rakyat miskin.
"Kepentingan gereja yaitu umat yang berada di Kalimantan Barat, dimana umat kita sedang dalam situasi yang memerlukan pertolongan, sehingga kita harus banyak melakukan kerja nyata. Setiap kegiatan yang dilakukan harus menyentuh di tengah masyarakat sehingga jangan menjauhkan diri dari rakyat, akan tetapi pemuda Katolik harus selalu ada di tengahnya," jelas Karolin.
Karolin kembali menegaskan, pemuda Katolik hadir bukan untuk organisasi itu sendiri sendiri, tapi justru untuk membuka sekat perbedaan yang menjadi penghalang persatuan, serta menjembatani dialog antar elemen dan kelompok. Inilah yang menjadi modal menuju persatuan Indonesia.
Ditempat yang sama, Romo Yulianus Astanto Adi CM, juga mengimbau pemuda Katolik menjadi pendobrak sekat-sekat perbedaan dengan membangun relasi yang baik antar agama, suku, dan sebaginya.
Yulianus mengatakan, kita harus membangun jejaring yang baik dengan berbagai golongan masyarakat, baik itu suku, agama, dan lainya melalui relasi. Ia juga menjelaskan, relasi adalah suatu usaha untuk memperluas persaudaraan.
"Bapak Uskup Agung Pontianak begitu aktif memanfaatkan hari-hari besar keagamaan untuk membangun hubungan yang baik antar umat, beliau menyadari bahwa jejaring itu penting, namun terkadang sering disalahgunakan. Saya pikir kita harus mempertahankan jejaring yang benar, dan bahasa yang cocok untuk itu adalah relasi," tuturnya.
Ia menambahkan sifat intoleransi dan individualisme tumbuh dikarenakan kita memberi sekat-sekat yang kuat, disebabkan oleh perbedaan yang ada. Oleh karena itu, jejaring yang tersedia saat ini harus digunakan untuk membangun kembali komunikasi antar golongan.
"Jejaring yang ada harus digunakan untuk membangun komunikasi antar golongan, guna menunjukkan keindonesiaan kita. Itulah yang kiranya perlu kita usahakan, sehingga ketika membangun jejaring, tidak bersifat fungsional apa lagi overtunistik, tetapi yang benar-benar relasional," jelasnya.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.