Pendeta Roland Sitompul saat ditemui di rumahnya. ANTARA/HO-BPJS Kesehatan Cabang Jember.
LENSAPANDAWA.COM – Seorang warga Kabupaten Jember, Jawa Timur, Pendeta Roland Sitompul, mengaku tertolong dari penyakit jantungnya yang diderita selama belasan tahun berkat 'tangan' Tuhan melalui program program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
"Saya tertolong berkat adanya program JKN-KIS tersebut," kata pendeta Roland Sitompul yang merupakan warga Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa.
Program yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan itu telah menjadi program pemerintah yang banyak dirasakan manfaatnya dan banyak diminati masyarakat karena telah menolong masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan di daerah.
Pria kelahiran 23 Agustus 1946 yang mengidap penyakit jantung bertahun-tahun itu mengatakan program JKN-KIS yang diikutinya sejak 2014 telah membantu meringankan biaya perawatan dan pengobatan penyakit jantung yang diidapnya hingga sekarang.
"Sejak tahun 2003 atau 17 tahun yang lalu, tiba-tiba saya kena serangan jantung dan memutuskan untuk pasang tiga ring di RS Mitra Keluarga Surabaya dengan biaya cukup besar Rp225 juta," tuturnya saat ditemui di rumahnya di belakang sebuah gereja di Jalan Dharmawangsa, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, beberapa waktu lalu.
Menurutnya biaya tersebut cukup besar jika harus dikeluarkan secara pribadi, sehingga di tengah kegalauannya ia teringat tentang adanya program JKN-KIS, sehingga sampai sekarang bisa bertahan hidup selama belasan tahun.
Mahalnya, biaya kesehatan tersebut sudah nyaris tidak bisa ditanggungnya, sehingga pada tahun 2014 memutuskan untuk mendaftar program JKN untuk menjamin kesehatannya selama menderita penyakit jantung yang bisa kambuh sewaktu-waktu.
Ia menceritakan awalnya dirinya mendaftar sebagai peserta mandiri atau peserta bukan penerima upah (PBPU) pada pelayanan kelas 2, namun dengan riwayat penyakit jantung tersebut dan demi mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih maksimal, kemudian menaikkan pelayanan perawatan di kelas 1.
"Saya harus menjalani perawatan terus menerus dan setelah jadi peserta JKN, saya masih harus pasang kateter jantung di PHC Surabaya dengan biayanya Rp 11 juta. Saat mau bayar di kasir, ternyata biayanya sudah dibayarkan BPJS Kesehatan," ujarnya.
Ia juga mengenang saat dirinya kembali melakukan pemasangan ring pada tahun 2018 atau dua tahun lalu di RS Siloam Surabaya dengan total biayanya sekitar Rp30 juta, namun saat dikasir diberitahu bahwa semua biaya sudah dibayarkan BPJS Kesehatan, sehingga ia bersyukur.
Kontrol kesehatan yang dijalani pendeta itu setiap sebulan sekali terus dilakukan hingga saat ini dan setiap kontrol biaya obatnya saja Rp2 juta dan belum biaya dokternya sekitar Rp300 ribu sekali kontrol, namun semuanya gratis karena dibayar oleh BPJS Kesehatan.
Pendeta Roland mengatakan bahwa program JKN-KIS sangat membantunya dan orang-orang seperti dirinya yang tengah kesulitan membiayai masalah kesehatannya.
"Saya tidak punya gaji bulanan sebagai pendeta dan hanya dibantu dari sumbangan jemaat. Bagi saya program itu sebagai 'tangan' Tuhan untuk menolong orang-orang yang membutuhkan seperti saya," ujarnya.
Jika dibandingkan dengan manfaat yang diterimanya dari program JKN-KIS, besaran iuran yang dibayarkannya setiap bulan menjadi tidak berarti, meskipun saat ini ada penyesuaian tarif iuran yang sudah ditetapkan pemerintah.
Menurut dia, kalau dihitung-hitung program itu sangat menguntungkan, sehingga iuran naik berapapun selama masih terjangkau, baginya secara pribadi tidak ada persoalan karena kesehatan menjadi nomor satu dibandingkan lainnya.
Pendeta Roland juga aktif mengajak para jemaat di gereja yang belum menjadi peserta Program JKN-KIS untuk segera mendaftar karena manfaatnya sangat banyak untuk pelayanan kesehatan.
"Kalau ada jemaat belum jadi peserta, saya dorong agar mereka ikut program JKN-KIS karena itu soal kesehatan. Umpamanya mereka tidak jajan bakso untuk iuran, lebih baik tahan dulu lah jajan baksonya demi kesehatan," ujarnya.
Selain mengikuti program JKN-KIS, pendeta yang tinggal di Kecamatan Rambipuji itu juga melakukan perbaikan pada pola makan, pola pikir, dan pola hidup sehat untuk menjamin kesehatan.
"Setelah saya mengalami ini semua (penyakit jantung), saya menganggap bahwa kesehatan itu sangat penting dan sehat itu mahal. Saya tidak bisa bayangkan kalau tidak ikut program JKN-KIS," katanya.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.