Lokasi terdampak guncangan gempa tektonik Magnitudo 6,5 pada 26 September 2019, di Dusun Waihula, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah. (ANTARA/Shariva Alaidrus)
LENSAPANDAWA.COM – Para pengungsi dampak guncangan gempa magnitudo 6,5 pada 26 September 2019, masih takut untuk kembali ke rumah mereka karena khawatir dengan gempa-gempa susulan yang terus terjadi hingga hari ini.
"Kemarin teman-teman berdiskusi dengan pengungsi, mereka bilang belum bisa memastikan kapan akan pulang ke rumah karena gempa susulan masih terjadi," kata Sekretaris PMI Maluku Herry Latuheru di Ambon, Kamis.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pascagempa tektonik magnitudo 6,5 pada 26 September 2019, gempa susulan yang terjadi sudah lebih dari 2.000 kali.
Kendati sebagian besar gempa susulan berskala kecil dan berada di bawah magnitudo 6,5, tercatat ada beberapa gempa susulan dengan magnitudo cukup besar, seperti gempa magnitudo 5,2 pada 10 Oktober 2019 dan gempa magnitudo 5,1 pada 12 November 2019.
Hal inilah yang dikhawatirkan oleh pengungsi, adanya gempa susulan dengan magnitudo cukup besar yang bisa tiba-tiba saja terjadi.
Herry mengatakan saat berdiskusi dengan pengungsi di sejumlah lokasi pengungsian, mereka berkeinginan untuk pulang ke rumah masing-masing, tapi masih khawatir dengan gempa-gempa susulan yang terus terjadi hingga hari ini.
Dengan kondisi potensi gempa susulan yang belum diketahui kapan akan berakhir, para pengungsi memutuskan untuk tetap bertahan di lokasi pengungsian hingga waktu yang tidak ditentukan.
"Mereka bilang bisa saja pulang tapi tidak tahu kapan gempa ini selesai, mereka pulang ke rumah untuk benahi rumah dengan kondisi yang sekarang ini pun, mereka takut bisa menjadi korban juga," ujar Herry.
Dikatakannya lagi, sebagian pengungsi yang sebelumnya sudah pulang ke rumah, kini kembali lagi lokasi pengungsian setelah gempa magnitudo 5,1 mengguncang pada Selasa (12/11) malam, sekitar pukul 19.10.42 WIT.
"Pemerintah daerah mau mereka cepat pulang, mereka juga mau karena siapa juga yang mau berlama-lama hidup di pengungsian, tapi masyarakat tidak bisa memastikan kapan mereka akan pulang," ujar Herry.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.