BMKG jelaskan fenomena awan ‘topi’ di Gunung Merbabu. (Foto: Kondephy via wikimedia commons (CC-BY-SA-4.0)
LENSAPANDAWA.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena terbentuknya “topi awan” putih tebal yang melingkari puncak Gunung Merbabu, Jawa Tengah.
Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra menjelaskan secara ilmiah topi awan tersebut dinamakan awan lentikular.
Ia menjelaskan, awan lentikular terbentuk saat udara bergerak ke atas melewati gunung, sehingga mendapat pendinginan yang cukup untuk terjadi kondensasi.
“Awan lentikular memiliki karakteristik yang spesial karena posisinya tidak bergerak layaknya awan jenis lainnya dan berbentuk padat,” kata Agie saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Agie menjelaskan awan ini berbentuk lingkaran pipih seperti payung layaknya gambar yang tersebar di media sosial. Ia mengatakan awan lentikular sering terjadi di saat musim kering.
“Justru kalau itu terjadi ketika lagi tidak ada hujan. Jadi membentuk pertemuan suhu udara. tapi tidak bisa menjulang ke atas jadi mampet di pucuk atau puncak gunung karena perbedaan basah dan kering yang signifikan,” ujarnya.
Agie mengatakan awan lentikular biasa ditemui di area pegunungan. Terbentuknya awan ini juga disebabkan oleh topografi gunung.
Ia menyebut fenomena ini tak langka. Ia menjelaskan fenomena ini lazim tapi jarang terjadi.
“Hal ini karena awan lentikular dipengaruhi oleh topografi gunung dan tegak lurus terhadap arah angin,” kata Agie.
Agie mengatakan fenomena topi awan ini bukanlah fenomena yang harus ditakuti masyarakat. Pasalnya, fenomena ini tidak membahayakan jiwa manusia.
Akan tetapi, Agie mengatakan awan lentikular memang membuat suhu di puncak gunung menurun. Fenomena ini disebut merupakan hal yang umum bagi para pendaki.
“Jadi dia itu bukan sesuatu yang berbahaya meskipun kalau kita di puncak gunungnya agak dingin. Tetapi awan ini jangan dijadikan sesuatu takhayul. Kalau ada kesempatan ini, diabadikan saja,” kata Agie.
Lebih lanjut, Agie mengatakan awan lentikular ini menyebabkan kendala bagi pesawat yang melewati daerah gunung tempat awan itu berada.
“Hal ini karena gelombang gunung dan pusaran angin yang kencang dapat menyebabkan turbulensi ringan pada pesawat,” ucapnya.
Sebelumnya, fenomena ini menjadi bahan perbincangan netizen di media sosial pada Kamis (4/10).
[Gambas:Instagram]