Pindad Bidik Toyota Produksi Mesin Mobil Militer di Indonesia

0
113
Pindad Bidik Toyota Produksi Mesin Mobil Militer di IndonesiaPindad Maung. (Dok : Humas Kemhan)

LENSAPANDAWA.COM –

Perusahaan negara urusan produk militer, Pindad, berencana menggandeng produsen otomotif asing untuk membangun pabrik mesin di Indonesia. Sejumlah produsen telah dibidik agar menjadi rekanan.

Memproduksi mesin di dalam negeri merupakan bagian upaya Pindad mengembangkan produk. Mesin buatan sendiri juga dipercaya bakal meningkatkan tingkat kandungan lokal produk.

“Jadi goal paling ujung kami harus bisa membangun industri engine di Indonesia. Jadi tidak ada lagi impor,” kata Direktur Utama Pindad Abraham Mose melalui sambungan telepon, Selasa (15/7).

Selama ini kendaraan militer buatan Pindad dirancang menggunakan mesin yang diimpor utuh dari luar negeri. Misalnya produk tank memakai mesin Caterpillar, Komodo 4×4 tersemat mesin Hino dan Renault, dan rantis ringan terbaru Maung mengadopsi mesin Toyota Hilux.

Sementara desain keseluruhan, sasis, material, dan komponen-komponen lainnya diklaim berasal dari Indonesia. Abraham menjelaskan tingkat kandungan lokal produk kendaraan Pindad saat ini mendekati 58 persen.

“Kami baru mendekati 58 persen. Sisanya itu belum bisa karena kami akui masih impor mesin secara utuh. Nilai mesin buat TKDN kan besar sekali bisa sampai 40-an persen,” kata Abraham.

Menurut Abraham niat memproduksi mesin di dalam negeri juga didorong oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

“Jadi ada satu sisi yang disampaikan Pak Menhan ke saya, bangun industri engine di Indonesia. Ini kami lagi hitung untuk pesanan dalam jumlah banyak, ya sudah harus gunakan engine produksi Indonesia,” ucap Abraham.

Jual mobil militer versi sipil

Pindad sudah membidik berbagai merek yang bakal diajak kerja sama, di antaranya merek Jepang yakni Hino, Isuzu, dan Toyota. Selain itu Pindad juga melirik produsen otomotif asal India, Tata.

“Vendor ini siapa aja? Toyota, Hino, Isuzu, dan Tata salah satunya. Tapi minat mereka investasi masih susah, apalagi yang namanya punya kepentingan,” ucap Abraham.

“Saya ambil contoh Toyota, mereka punya pasar besar di Indonesia. Apakah mau mereka bikin industri engine di Indonesia. Jadi saya pikir kebijakan Indonesia harus bantu supaya nanti Indonesia punya pabrik engine. Harus, biar enggak impor lagi,” katanya lagi.

Menggandeng perusahaan otomotif asing yang sudah berpengalaman menurut Abraham juga masuk dalam strategi Pindad masuk ke pasar kendaraan penumpang. Rencananya Pindad bakal menjual kendaraan taktis (rantis) Maung versi militer ke pasar ritel.

“Ya itu bagi saya kami harus bicara ini benteng di depan tidak gampang. Karena Jepang punya kepentingan besar, belum lagi Korea. Sementara kalau kami bangun sendiri otomatis bersaing dengan mereka,” kata Abraham.

“Maka saya pikir pokoknya itu tidak kita head to head, tapi kami lakukan strategi partnership. Kami ajak masuk untuk membangun engine Indonesia dengan Jepang, Eropa, dan lainnya. Strategi partnership paling penting,” ujar Abraham kemudian.

Abraham juga bilang jika menjadi rekan bisnis, kedua pihak bakal saling menguntungkan.

“Kalau berteman mereka untung dan win win solution, kami bisa saling membantu. Karena pertama kami ya belom punya, dan pasar yang kuasai mereka, mau tidak mau konsep strategi partnership bukan bersaing,” kata Abraham.

(ryh/fea)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here