Pratiwi Sudarmono, Calon Astronaut Wanita Pertama Indonesia

0
160
Pratiwi Sudarmono, Calon Astronaut Wanita Pertama IndonesiaIlustrasi penerbangan ke luar angkasa. (Foto: Kirill KUDRYAVTSEV / AFP)

LENSAPANDAWA.COM – Era emansipasi wanita di Indonesia dimulai dengan kelahiran sosok Raden Adjeng Kartini yang berhasil mendobrak peran wanita di tengah dominasi kaum pria kala itu.

Berkaca dari RA. Kartini, Indonesia nyatanya berhasil mencetak wanita yang terbukti mampu menggantikan peran pria, salah satu contoh di dunia keantariksaan.

Di dunia antariksa, ada sosok wanita asal Indonesia yang hampir berhasil mewujudkan mimpi bangsa Indonesia. Ia adalah Pratiwi Sudarmono sebagai calon astronaut wanita pertama Indonesia.


Jika tidak ada tragedi memilukan puluhan tahun lalu, nama Pratiwi bisa disandingkan dengan Peggy Whitson, dan Christina Koch sebagai astronaut yang mencatatkan rekor telah tinggal hampir 11 bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Sebelum mengenal lebih jauh ketiga sosok tersebut, sebutan untuk pelaku misi ke luar angkasa bukan hanya astronaut, ada sebutan kosmonaut dan taikonauts. Istilah ini disematkan untuk siapa saja yang melakukan perjalanan antariksa, apakah ilmuwan, politisi, turis, atau wartawan.

Astronaut, pelaku misi luar angkasa asal Amerika Serikat. Diambil dari kata astro yang berarti bintang. Istilah ini juga digunakan oleh Badan Antarika Eropa (European Space Agency/ESA).

Lalu ada Kosmonaut, pelaku misi berasal dari Uni Sovyet atau Rusia. Diambil dari Bahasa Yunani yaitu cosmos yang berarti semesta dan nautes yang berarti pelaut.

Taikonaut ini merupakan istilah yang digunakan oleh China untuk menyebut pelaku misi antariksa mereka. Istilah ini kerap digunakan oleh media berbahasa Inggris yang diambil dari kata taikong yang berarti luar angkasa dalam bahasa Mandarin.

Meskipun dunia keantariksaan didominasi oleh negara-negara barat, tetapi Indonesia juga ikut andil dalam bidang ini. Pratiwi Pujilestari Sudarmono merupakan astronaut wanita Indonesia yang lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 31 Juli 1952.

Dilansir dari berbagai sumber, Pratiwi mengenyam pendidikan di jurusan kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan mendapat predikat master pada jurusan yang sama tahun 1977. Lalu ia terbang ke Jepang pada 1984 untuk mengambil gelar doctor jurusan Research Institute for Microbial Diseases di Universitas Osaka.

Fase awal ia mendapat predikat astronaut pada 1985 setelah pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan Badan Antariksa Amerika (NASA). Kemitraan ini dalam rangka misi Space Shuttle yang direncanakan pada 24 Juni 1986.

Misi Space Shuttle dibuat untuk membawa tiga satelit komersial, yaitu Skynet 4A, Palapa B3, dan Westar 6S. Palapa B3 yang diberangkatkan dalam misi STS-61-H sendiri merupakan satelit milik Indonesia dan saat itu pemerintah merasa perlu melibatkan astronaut Tanah Air.

Lalu mereka memilih Pratiwi sebagai wakil Indonesia. Ia berhasil menyingkirkan 207 kandidat dan dipercaya untuk berperan sebagai Spesialis Muatan pesawat ulang-alik Columbia.

Kendati demikian, Pratiwi gagal untuk mengorbit di luar angkasa. Pemicunya terjadi insiden pada 28 Januari 1986 saat pesawat ulang-alik Challenger milik Amerika Serikat yang menjalankan misi STS-51-L, meledak di udara 73 detik setelah diluncurkan pada ketinggian 16 kilometer.

Alhasil NASA membatalkan beberapa penerbangan ke luar angkasa selanjutnya, termasuk penerbangan yang bakal membawa Pratiwi lima bulan kemudian.

Di balik semua itu ternyata ada hikmahnya. Pratiwi kembali menekuni aktivitasnya pengajar di kampusnya. Ia sempat diangkat sebagai Guru Besar Kehormatan Ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UI pada Februari 2008. Sosoknya sebagai astronaut pertama asal Indonesia pun akan selalu dikenang. (din/mik)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here