LENSAPANDAWA.COM, – JAKARTA. Saat semua sektor ekonomi masyarakat terpukul akibat pandemi covid 19, Prawita GENPPARI sebagai organisasi pegiat pariwisata terus melakukan terobosan konkrit untuk memulihkan sektor pariwisata agar masyarakat terdampak tidak semakin banyak. Pandemi covid 19 bukan hanya masalah kesehatan saja, tetapi juga sudah menjadi masalah ekonomi sekaligus masalah ketahanan pangan. Sejauhmana masyarakat bisa bertahan dari wabah tersebut, juga dampak ekonomi yang menyertainya serta ketersediaan pangan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, hal ini menjadi bahan pemikiran serius agar seluruh elemen masyarakat turut membantu Pemerintah dalam memulihkan aktivitas ekonomi, khususnya melalui sektor kepariwisataan.
Salah satu model yang bisa dikembangkan adalah pengembangan potensi wisata berbasis alam yang dikemas dalam Educamp. Educamp merupakan singkatan dari Educational Camping, yaitu model wisata dengan berkemah dan didalamnya diisi dengan berbagai aktivitas pendidikan. Baik pendidikan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan, mengasah keterampilan, membangun kekompakan dalam Teamwork, Kepemimpinan, dan lain – lain. Dan seluruh alam Indonesia memenuhi prasyarat untuk dikembangkan menjadi educamp tersebut “, kata Ketua Umum Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Jakarta, Senin (3/8).
Kemudian Dede juga menjelaskan beberapa aktivitas yang bisa diagendakan dalam educamp, misalnya petualangan,pendidikan ekosistem kawasan sekitar hutan dan sungai, wisata air terjun, dan permainan-permainan edukasi lainnya untuk membangun karakter individu, karakter kelompok, kepemimpinan, kerjasama tim dan kemandirian. Termasuk keteguhan, kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi berbagai keterbatasan dan kesulitan. Kegiatan hiburannya, bisa diisi dengan kegiatan seperti ngaliwet, api unggun, lintas lembah dan bukit, adventure dan wisata air terjun, reboisasi atau menanam pohon, dan berbagai aktivitas lainnya yang sejenis. Dalam terminologi kepemimpinan, berbagai aktivitas di atas dikenal dengan metode adventure learning based dengan tujuan untuk membangun harmonisasi aktivitas fisik, olah emosi dan cara fikir dalam memandang kehidupan secara komprehensif.
Ada juga yang disebut “Educational Games”, yaitu suatu bentuk permainan edukasi dalam bentuk games simulasi dan kompetisi yang dimainkan oleh para peserta educamp, sehingga peserta dapat mengambil manfaat dari pengalaman dan pembelajaran selama kegiatan ini berlangsung dan setelahnya. Adapun educational games bertujuan untuk pengembangan karakter (character building), mengolah jiwa kepemimpinan (Leadership) dan membangun kerjasama tim (team work). Para peserta akan diperhadapkan pada satu tantangan secara individual, dimana setiap peserta Educational camping mempuyai kesempatan untuk menentukan dirinya sendiri yang akan mempengaruhi kelompoknya.
Di samping itu ada juga yang disebut dengan “Journey”, yaitu suatu aktifitas untuk meng-explorasi keragaman dunia tumbuhan dan binatang yang berada dalam kawasan hutan. Pada sesi ini, peserta Educational camping akan diajak untuk mengamati keragaman ekosistem hutan dan air, peserta diajak untuk mengenal beberapa tumbuhan yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan tidak. Tumbuhan yang dapat dikonsumsi, oleh peserta Educational camping akan dipetik sebagai salah satu bahan baku untuk memasak pada sore harinya, selanjutnya peserta pun akan mengambil ikan dari sebuah kolam yang telah dipersiapkan, ikan hasil tangkapan tersebut akan diolah untuk makan malam ataupun untuk berbeque ikan ketika sesi api unggun. Termasuk didalamnya ada kegiatan “Ngaliwet” yaitu memasak dengan mengunakan kayu bakar dan menanak nasi liwet dengan kastrol, memasak dengan gaya ini biasa dilakukan oleh masyarakat sunda yang tinggal disekitar hutan ketika mereka melakukan aktifitas berhutan dan berkebun.
Pada malam hari, jika suasananya memungkinkan bisa diisi dengan kegiatan “Jelajah Satwa Malam” seperti melakukan pengamatan kunang-kunang, pengamatan kelelawar, pengamatan burung hantu dan lain – lain. Mengamati fenomena keindahan cahaya kunang-kunang yang paling baik antara pukul 19.30–22.00, yaitu ketika suhu berkisar antara 17–20 ⁰C, dalam keadaan cuaca tidak hujan, serangga ini akan menunggu dalam gelap pekat untuk mempertunjukan cahaya dramatisnya ketika mereka saling mencari pasangan. Selain untuk memberi tanda kawin, Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya.
Sementara untuk kegiatan “Adventure dan wisata air terjun”, para peserta biasanya diajak keluar dari zona nyaman dengan menelusur hutan dan sungai. Berbekal kompas dan titik koordinat yang telah dipersiapkan, peserta harus dapat mencapai air terjun di tengah malam yang gelap gulita dengan perbekalan seadanya. Peserta Educamp akan merasakan proses berdinamika dengan lingkungan dalam sebuah kelompok dalam perjalanan petualangan. Pada sesi ini peserta Educamp akan diperhadapkan pada tantangan demi tantangan yang bertambah tingkat kesulitan dan resikonya secara gradual sehingga mencapai tujuan air terjun untuk berwisata.
“ Selanjutnya sebagai kegiatan penutup biasanya dilakukan kegiatan “Reboisasi” alias menanam pohon untuk penghijauan, sebagai bukti bakti para peserta pada alam dan merupakan simbol menamam sebuah kebaikan yang semoga setiap harinya akan tumbuh, berkembang dan berbuah. Konsep perpaduan wisata dengan pendidikan ini akan semakin menjadi trend di masa yang akan datang. Oleh karenanya para pegiat pariwisata harus jeli melihat potensi alamnya, lalu dikemas dengan konsep yang tepat agar memiliki nilai jual dan diminati oleh para calon wisatawan “, pungkas Dede menutup keterangan. (RED/FPRN)