Ilustrasi. (SpaceX-Imagery/Pixabay)
LENSAPANDAWA.COM – Proyek konstelasi satelit internet Starlink milik SpaceX ditargetkan dapat memulai layanannya di Amerika Serikat pada pertengahan 2020 mendatang. Starlink menawarkan internet dengan kecepatan tinggi dan tarif yang terjangkau.
SpaceX sendiri belum menentukan tarif berlangganan yang akan dikenakan bagi calon pengguna. Namun Presiden dan COO SpaceX Gwynne Shotwell mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan studi soal harga yang tepat.
Menurut Shotwell, saat ini warga AS harus membayar cukup mahal untuk berlangganan internet dengan layanan yang buruk. Namun dirinya juga menjelaskan target segmen Starlink yakni daerah yang konektivitasnya masih sangat rendah seperti di pedesaan. Setiap konsumen yang mendaftar nantinya akan mendapat sebuah kotak berisi alat-alat yang harus dipasang. Namun, perihal cara menyambungkan dan di mana harus meletakkannya masih menjadi isu yang dikerjakan Starlink.
Untuk layanan di luar AS, Shotwell mengatakan tiap negara punya aturannya masing-masing. Starlink saat ini berencana meluncurkan enam hingga delapan satelit.
“Kami membutuhkan 24 peluncuran untuk mendapatkan cakupan global,” katanya pada Space News.
“Setiap peluncuran setelah itu dapat memberikan kapasitas yang lebih banyak.”
CEO SpaceX Elon Musk pada Selasa (22/10) telah mencoba layanan internet miliknya tersebut lewat cuitannya di Twitter.
[Gambas:Twitter]
Beberapa waktu yang lalu Starlink sempat meminta persetujuan pada International Telecomunication Union untuk menyetujui 30.000 satelit tambahan Starlink tambahan. Sebelumnya pihak otoritas AS telah menyetuji sebanyk 12.000 unit.
Menurut Business Insider, perkiraan biaya per-satelit juga mungkin lebih rendah dari US$ 1 juta. Elon Musk mengatakan biaya peluncuran tiap satelit lebih mahal dari biaya satelit itu sendiri.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.