Ramai Protes Uang Kuliah ke Nadiem Bukan Ulah Buzzer Politik

0
149
Ramai Protes Uang Kuliah ke Nadiem Bukan Ulah Buzzer PolitikMendikbud Nadiem Makarim. (CNN Indonesia/Safir Makki)

LENSAPANDAWA.COM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menjadi bahan pembicaraan di Twitter usai ada kenaikan harga pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ditetapkan berbagai perguruan tinggi atau kampus di tengah pandemi virus corona SARS-CoV-2 (Covid-19).

Pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi menganalisis #MendikbudDicariMahasiswa yang menjadi trending topic di Twitter untuk memahami tagar dari berbagai aspek.

Hasil analisa Ismail adalah kedua tagar tersebut merupakan hasil organik dari para manusia, bukan bot. Secara spesifik, kedua tagar ini diramaikan oleh mahasiswa, bukan ulah buzzer politik atau non-mahasiswa.

Aspek pertama adalah tagar. Fahmi mengatakan tagar #NadiemManaMahasiswaMerana muncul bersamaan dengan  #MendikbudDicariMahasiswa.

“Hanya ada 2 hashtags besar yang diangkat, #MendikbudDicariMahasiswa dan #NadiemManaMahasiswaMerana. Dua hashtags ini trending di Twitter cukup lama. Ternyata kekuatan mahasiswa kalau bersatu bisa lantang suaranya di media sosial,” kata Ismail lewat akun Twitternya.

[Gambas:Twitter]

Ismail menjelaskan berdasarkan hasil analisa, ia menemukan kluster atau kelompok yang memproduksi tagar ini. Hasilnya ia menemukan banyak influencer yang sebelumnya tak pernah ia lihat.

[Gambas:Twitter]

Sementara itu, dari hasil analisa peta Social Network Analysis (SNA) menunjukkan bahwa kluster ini adalah mahasiswa, bukan kluster buzzer yang selama ini muncul dalam isu-isu politik (buzzer pro-kontra pemerintah).

“Kalau di-zoom, tampak ada @BEM_Unsoed dan @BEMUNJ_OFFICIAL. Tampaknya ini cluster mahasiswa. Bukan cluster yang selama ini sering muncul dalam isu-isu politik,” kata Ismail.

[Gambas:Twitter]

Dari aspek narasi, Ismail membeberkan 10 narasi yang dituntut dalam tagar #MendikbudDicariMahasiswa dan #NadiemManaMahasiswaMerana.

Mahasiswa mencuitkan beberapa hal, mulai dari UKT mahal di kala kuliah daring, ajakan aksi media di Twitter, hingga kecewa pada Nadiem padahal dulu sempat berharap.

“Para mahasiswa ini menyampaikan aspirasinya melalui aksi media sosial. Menggunakan tagar dan meme. Juga pesan-pesan. Tentang biaya UKT (uang kuliah) yang tidak berubah, sementara mereka kuliah daring, materi kadang lebih sulit dipahami, biaya pulsa mahal, dan orang tua ada yang di PHK,” kata Ismail.

[Gambas:Twitter]

Ismail juga membeberkan gambar-gambar yang paling banyak dibagikan. Ia mengatakan gambar tersebut berupa meme-meme seragam yang sudah disiapkan oleh BEM.

“Dengan meme ini, pesan mereka jadi lebih mudah dipahami, dibandingkan kalau masing-masing bikin sendiri,” tulis Fahmi.

[Gambas:Twitter]

Dari aspek demografi, Ismail mengatakan yang paling banyak ikut tagar adalah para pengguna Twitter dalam rentang usia 19 sd 29 tahun.

“Ini adalah usia mereka sedang mahasiswa. Tapi cukup banyak juga yang di bawah 18 tahun,” kata Ismail.

Berdasarkan analisis emosi, Ismail mengatakan ekspresi emosi yang paling dominan adalah ‘anticipation’ yang biasanya berupa harapan dan antisipasi masa depan.

“Mahasiswa berharap agar ada perubahan kebijakan dari Mas Menteri terkait pembayaran UKT,” ujar Ismail.

[Gambas:Twitter]

Ismail juga menegaskan hasil percakapan dalam kedua tagar merupakan murni dari hasil percakapan organik manusia, bukan bot.

[Gambas:Twitter]

Dalam penjelasan penutupan, Ismail mengatakan Covid-19 telah mengubah metode aksi demonstrasi. Dari turun ke lapangan untuk berdemonstrasi, menjadi berdemonstrasi secara online.

“Melalui media sosial, ini telah menarik perhatian media. Tinggal nunggu respons dari pihak yang dituju (Mendikbud). Jika berbuah, maka aksi online ini bisa jadi model aksi yang efektif ke depan,” kata Ismail.

Sebelumnya, Kemendikbud memastikan tak akan menaikkan uang kuliah tunggal (UKT) di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Hal ini merespons sejumlah protes mahasiswa terkait isu kenaikan UKT di tengah pandemi corona.

“Kemendikbud memastikan tidak ada kenaikan UKT di masa pandemi Covid-19,” kata pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam melalui keterangan pers yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (3/6).

Nizam mengatakan dari laporan yang dirinya terima, kenaikan UKT pada sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) merupakan keputusan yang diambil sebelum terjadi pandemi virus corona. Keputusan kenaikan UKT, kata Nizam, juga hanya berlaku untuk mahasiswa baru sesuai kemampuan ekonomi orang tua.

(jnp/DAL)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here