Ilustrasi polusi udara. (djonet sugiarto)
LENSAPANDAWA.COM – Laporan terbaru dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) menunjukkan polusi udara memperparah pasien Covid-19 yang telah memiliki latar belakang penyakit seperti diabetes, penyakit paru-paru, asma, penyakit jantung, dan kanker.
Dalam laporan CREA menjelaskan jutaan orang sudah menderita penyakit kronis dan cacat atau menjalani perawatan seperti kemoterapi karena paparan polusi udara di masa lalu semakin rentan terhadap Covid-19.
Besar kemungkinan juga risiko tersebut dipengaruhi oleh infeksi sistem kekebalan tubuh seseorang yang menurun akibat paparan polusi udara, atau pun masalah pernapasan yang kemudian diperburuk oleh polusi udara. CREA menyampaikan beberapa hal terkait dengan tingkat polusi udara yang berdampak pada pandemi Covid-19.
Pertama, tingkat polusi udara yang tinggi mempengaruhi pertahanan alami tubuh terhadap virus yang ditularkan melalui udara, dan membuat orang lebih mungkin tertular penyakit virus, yang juga berlaku untuk SARS-CoV-2. Dengan begitu berarti kemungkinan paparan polusi udara berkontribusi terhadap penyebaran penyakit ini.
Kedua, paparan polusi udara adalah faktor risiko utama bagi banyak penyakit kronis yang membuat orang lebih mungkin sakit parah, memerlukan perawatan intensif, ventilator, hingga meninggal akibat Covid-19.
Berbagai penelitian ilmiah yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar dari penyakit seperti pernapasan kronis, penyakit jantung, asma, dan diabetes di seluruh dunia disebabkan oleh polusi udara.
Ini berarti bahwa paparan polusi udara di masa lalu berkontribusi pada jumlah kematian sekarang dan memicu tekanan yang besar pada sistem kesehatan untuk menghadapi penyakit saat ini.
Ketiga, untuk beberapa masalah infeksi pernapasan, paparan polusi udara pada orang yang terinfeksi dapat memperburuk gejala mereka dan meningkatkan risiko rawat inap hingga kematian. CREA mengatakan ini mungkin juga berlaku untuk pasien Covid-19, meski belum dikonfirmasi dengan penelitian khusus.
Ini berarti bahwa tingkat polusi udara saat ini tetap berkontribusi pada jumlah kasus parah dan kematian akibat Covid-19 meski terjadi penurunan yang disebabkan oleh langkah-langkah untuk mengendalikan virus seperti lockdown hingga Pembatasan Sektor Berskala Besar (PSBB).
“Lebih dari 90 persen orang di seluruh dunia menghirup udara yang tidak sehat, menempatkan mereka pada risiko tinggi dari epidemi Covid-19 yang sedang berlangsung. Polusi udara meningkatkan risiko banyak kondisi yang sudah ada sebelumnya yang membuat Covid-19 menjadi lebih parah dan mematikan, termasuk diabetes, penyakit paru-paru, asma, penyakit jantung, dan kanker,” kata Kepala Analis CREA, Lauri Myllvirta dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (27/4).
Penelitian Global Burden of Disease pada 2017 menunjukkan polusi udara merupakan faktor risiko utama kematian akibat Infeksi Saluran Pernafasan Bawah. Secara global, satu dari enam kematian yang terkait dengan infeksi ini disebabkan oleh polusi udara PM (Particulate Matter) 2.5, yang berjumlah sekitar 400 ribu kematian per tahun.
Polusi Udara Kemungkinan Meningkatkan Risiko Infeksi
Beberapa penelitian (Harrod et al 2003, Jaspers et al 2005, Lee et al 2014) menunjukkan bahwa kenaikan tingkat polusi udara mempengaruhi sel-sel dengan cara membuat sel lebih rentan bagi virus untuk menginfeksi manusia dan mulai menyebar.
Sebuah penelitian besar (Horne et al 2018) terhadap lebih dari 100ribu pasien di AS menemukan bahwa kenaikan jangka pendek pada polusi udara PM2.5 ternyata meningkatkan infeksi saluran pernapasan bawah akut yang membutuhkan perawatan medis, baik pada anak-anak maupun orang dewasa .
Penelitian (Brauer et al 2007) juga menunjukkan ada dampak kronis jangka panjang, karena anak-anak kecil yang tumbuh di daerah dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi memiliki catatan menderita flu yang lebih tinggi
Polusi Udara Jadi Penyebab Utama Penyakit Bawaan Pasien Covid-19
Polusi udara merupakan faktor risiko utama dan penyumbang penyakit kronis utama yang meningkatkan tingkat keparahan dan risiko kematian akibat Covid-19. Penyakit tersebut di antara lain penyakit pernapasan kronis, penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes, stroke, dan kanker.
“Kondisi kesehatan ini secara substansial meningkatkan risiko rawat inap dan kematian untuk pasien Covid-19. Jutaan orang sudah menderita penyakit kronis dan cacat atau menjalani perawatan seperti kemoterapi karena paparan polusi udara di masa lalu mereka,” kata Myllvirta.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat telah mengatakan orang yang menjalani perawatan kanker berisiko lebih tinggi karena sistem kekebalan tubuh mereka terganggu.
Sebuah studi (Guan et al 2020) pada pasien Covid-19 di China menemukan bahwa risiko orang dengan penyakit pernapasan kronis yang memerlukan perawatan intensif atau ventilator meningkat sebesar 170 persen, sebesar 60 persen untuk orang dengan hipertensi atau diabetes, sebesar 250 persen untuk orang dengan kanker.
Sebesar 80 persen risiko kematian untuk orang-orang yang sudah menderita kondisi yang sudah ada sebelumnya yang tercantum di atas.
Analisis lain (Yang et al 2020), data dari delapan studi berbeda pada pasien di China menemukan bahwa pasien Covid-19 yang sakit parah 2,4 kali lebih mungkin menderita hipertensi, 2,5 kali lebih mungkin menderita penyakit pernapasan dan 3,4 kali lebih mungkin memiliki penyakit kardiovaskular.
Global Burden of Disease Study 2017 menunjukkan secara global, polusi udara bertanggung jawab atas sekitar 18 persen dari beban penyakit dunia akibat diabetes, 14 persen kanker paru-paru, 34 persen penyakit paru obstruktif kronis, 11 persen penyakit jantung iskemik dan 7 persen stroke.
Studi di China (Lin et al 2017) dan AS (Coogan et al 2016) telah menemukan hubungan yang kuat antara paparan polusi udar dengan hipertensi. CREA mengatakan studi menandakan paparan polusi udara di masa lalu telah membuat orang di seluruh dunia jauh lebih rentan terhadap Covid-19.
Dampak ini ditekankan dalam sebuah draf penelitian (Wu et al 2020) tentang kematian Covid-19 di AS, yang menunjukkan risiko kematian melonjak dengan pesat terjadi di daerah dengan tingkat polusi rata-rata PM2.5 yang lebih tinggi di masa lalu.
Dalam penelitian lain (Lee et al 2014), efek polusi juga dilakukan pada tikus percobaan yang dipaparkan polutan tingkat tinggi dan kemudian di infeksi influenza.
Para peneliti kemudian menemukan bahwa PM menyebabkan lonjakan tingkat stres oksidatif paru pada tikus dan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus. Dalam percobaan ini, peneliti mendapati tingkat kematian yang lebih tinggi. (jnp/DAL)