Ilustrasi asteroid hantam bumi. (iStockphoto/ratpack223)
LENSAPANDAWA.COM – Sebuah meteor berukuran lebih kecil dari asteroid Florence tidak terdeteksi meledak di Chelyabinsk, Rusia. NASA mengatakan ledakan meteor itu melepaskan energi yang setara dengan sekitar 30 bom atom Hiroshima.
Ledakan terjadi lebih dari 23 kilometer di atas tanah, sehingga sebagian besar energi diserap oleh atmosfer dan tidak ada yang terbunuh. Tetap saja, gelombang kejut yang dihasilkan meteor itu membuat orang-orang panik dan menghancurkan jendela-jendela bangunan di enam kota di Rusia.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa benda itu lebarnya 59 kaki (18 meter).
Peristiwa seperti ledakan Chelyabinsk atau insiden Tunguska yang lebih dahsyat pada tahun 1908, masih sangat jarang terjadi. Namun, manusia tetap harus menyiapkan berbagai strategi untuk mempertahankan bumi dari terjangan benda langit seperti asteroid.
Ada sejumlah opsi yang muncul sejak beberapa tahun lalu dari berbagai pihak dalam rangka untuk mencegah kehancuran bumi akibat asteroid atau benda langit lain yang membahayakan.
Opsi Nuklir
Melansir DW, peneliti meragukan gagasan fiksi ilmiah tentang peledakan asteroid dari langit untuk melindungi umat manusia. Rudal nuklir mungkin bisa efektif melawan asteroid yang berukuran kecil.
Namun, benda langit apa pun yang cukup besar untuk mengancam peradaban manusia di bumi akan terlalu besar untuk dihancurkan sedemikian rupa.
Selain itu, memecah asteroid yang menuju bumi dapat menciptakan “efek senapan”. Pasalnya, akan banyak potongan-potongan kecil asteroid yang mungkin menghasilkan lebih banyak kerusakan saat menghantam Bumi.
Sebuah konsep yang lebih maju yang melibatkan senjata nuklir sempat diusulkan oleh peneliti Universitas Iowa Bong Wie dan insinyur NASA Brent Barbee pada tahun 2012.
Keduanya mengasumsikan waktu peringatan yang berbeda untuk melakukan misi anti-asteroid, mulai dari beberapa tahun hingga hanya beberapa hari sebelum dampak.
“Risiko asteroid menabrak bumi sangat nyata,” kata Wie dalam sebuah makalah yang diterbitkan di situs web NASA.
“Hanya masalah kapan, dan manusia harus siap untuk itu,” tambahnya.
Para peneliti menciptakan konsep untuk pesawat ruang angkasa dua bagian yang disebut Hypervelocity Asteroid Intercept Vehicle atau HAIV. Kendaraan itu akan membawa bom nuklir mendekati asteroid, di mana bagian non-nuklir dari HAIV akan menabraknya dan menciptakan kawah.
Perangkat nuklir kemudian akan memasuki kawah dan meledak, dengan kekuatan ledakan diperbesar beberapa kali di bawah tanah. Jika dilakukan dengan benar, peneliti meyakini ledakan itu mungkin cukup untuk menyebarkan fragmen asteroid dan mengurangi kemungkinan mereka mengenai Bumi.
Menurut Wie dan Barbee, sistem mereka akan mampu menghancurkan asteroid hingga ukuran 45 meter di luar orbit Bulan dan memberikan peringatan satu minggu. Objek yang lebih besar akan membutuhkan periode peringatan yang lebih lama.
Namun, perlu waktu beberapa tahun untuk membangun sistem seperti itu dan komponen-komponennya masih perlu diuji secara eksperimental.
Teknik Penabrak Kinetik
NASA dan ESA dikabarkan sudah menyiapkan misi untuk menguji teknik penabrak kinetik untuk memukul asteroid dengan benda buatan manusia untuk mengubah arah lintasan mereka. Teknik itu diklaim memberi waktu peringatan yang cukup lama dan dapat mengarahkan asteroid dengan aman melewati Bumi.
NASA saat ini sedang merancang pesawat ruang angkasa Double Asteroid Redirection Test (DART), yang diharapkan akan menyasar asteroid bernama Didymos. Asteroid itu diketahui akan melintasi Bumi pada tahun 2022 dan kemudian lagi pada tahun 2024.
Didymos adalah sistem biner, yang terdiri dari objek yang lebih besar, berukuran sekitar 780 meter, dan yang lebih kecil sekitar 160 meter.
Setelah mengejar Didymos, DART yang hanya seukuran kulkas akan menabrak benda yang lebih kecil saat bepergian dengan kecepatan sekitar enam kilometer per detik atau sembilan kali lebih cepat daripada peluru.
Dampak dari kecepatan terbang itu diharapkan mengubah orbit segmen yang lebih kecil dan menyediakan data untuk upaya pada skala yang lebih besar.
ESA bertanggung jawab membuat pesawat ruang angkasa Asteroid Impact Mission (AIM), yang akan memantau dampak dan mencatat hasilnya kerja DART.
Traktor Gravitasi
Strategi yang dinilai elegan untuk menghalau asteroid yang berpotensi berbahaya adalah dengan traktor gravitasi. Konsepnya sederhana, pesawat ruang angkasa yang terbang bersama asteroid selama bertahun-tahun atau puluhan tahun akan memiliki tarikan gravitasi yang cukup untuk mengubah jalurnya.
Namun, teknik ini belum pernah dipraktikkan. NASA memperkirakan membutuhkan waktu beberapa dekade untuk membangun, meluncurkan, dan melaksanakan misi mitigasi.
Para ilmuwan juga telah mengusulkan berbagai opsi lain, seperti memasang mesin roket, memasang layar matahari ke asteroid, atau bahkan mengecat benda-benda putih untuk mengubah jumlah radiasi matahari yang akan memberikan dorongan kecil menjauh dari zona dampak.
NASA memprediksi bahwa ada kemungkinan kurang dari 0,01 persen asteroid yang berpotensi menimbulkan dampak dalam seratus tahun ke depan. Bahkan, asteroid 500 meter Bennu akan menempuh jarak dekat ke Bumi pada tahun 2135, masuk ke dalam orbit Bulan dan berpotensi mengubah jalurnya.
NASA telah meluncurkan misi OSIRIS-REx menuju Bennu. Tujuan utama misi adalah untuk mempelajari lebih lanjut tentang evolusi Bumi dan Tata Surya. Namun, para ilmuwan juga dapat menggunakan data ini untuk mempersiapkan dampak potensial di masa depan.
Melansir Space, NASA telah menggelar latihan guna merancang sebuah skenario untuk mengatasi ancaman asteroid. Pilihan pertama, NASA mengirim misi pengintaian untuk mendapatkan data yang dapat memastikan apakan asteroid benar-benar mengancam bumi.
Data pengintaian membuat manusia memiliki waktu beberapa tahun untuk merancang strategi mitigasi.
Jika memiliki ancaman, para ahli pertahanan planet memiliki dua pendekatan potensial. Pertama, penabrak kinetik yang pada dasarnya bertindak sebagai batu sandungan asteroid sebelum ke bumi. Kedua, meletakkan pesawat ruang angkasa besar di jalur asteroid agar asteroid menghantamnya dan melambat sedikit.
Untuk asteroid ukuran besar, kedua strategi itu bisa menunda dampak bagi bumi beberapa tahun.
(jps/DAL)