Pengunjuk rasa terlihat di jembatan Al Jumhuriya saat mereka melakukan demonstrasi atas korupsi, kurangnya lapangan pekerjaan, dan layanan buruk di Baghdad, Irak, Sabtu (26/10/2019). (REUTERS/KHALID AL-MOUSILY)
LENSAPANDAWA.COM – Sedikitnya 67 warga Irak tewas dan ratusan lainnya terluka dalam kurun dua hari aksi protes selama akhir pekan ini.
Pada Sabtu (26/10) malam, Abdul Mahdi berupaya meredakan kekerasan yang meluas dengan mengerahkan para personel Dinas Kontraterorisme, unit elit di negara itu, turun ke jalan di Ibu Kota Irak, Baghdad, dan kota selatan, Nasiriya.
Mereka diperintahkan "menggunakan semua tindakan yang diperlukan" untuk menghentikan aksi-aksi protes, kata sumber-sumber keamanan kepada Reuters.
Di Baghdad dan Nasiriya, ribuan orang turun ke jalan pada hari kedua aksi protes. Kedua kota itu diwarnai kekerasan saat para pemrotes terus melampiaskan kekesalan mereka terhadap para elit politik, yang mereka anggap gagal meningkatkan taraf hidup mereka setelah bertahun-tahun terbelenggu konflik dan kesulitan ekonomi.
Empat orang tewas karena terkena tabung gas air mata yang ditembakkan pasukan keamanan di Baghdad. Dalam peristiwa itu, puluhan orang terluka.
Empat orang lagi meninggal di Nasiriya ketika sekelompok pemrotes menyerbu kediaman seorang pejabat keamanan daerah, kata kepolisian. Para penjaga melancarkan tembakan setelah para pemrotes membakar rumah tersebut, kata polisi.
Di Hilla, tujuh orang juga meninggal, sebagian besar ketika para anggota kelompok milisi Badr Organization dukungan Iran memuntahkan peluru ke arah para pengunjuk rasa yang berkumpul di dekat kantor kelompok itu.
Pada Jumat, sedikitnya 52 orang tewas di berbagai daerah di Irak sementara lebih dari 2.000 lainnya cedera.
Bulan lalu, para pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan dan kelompok-kelompok milisi selama gelombang kedua aksi protes untuk menentang pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi.
Pertumpahan darah terbaru itu menjadi masalah kekerasan terparah kedua selama Oktober. Sebelumnya pada bulan yang sama, 157 orang tewas dan lebih dari 6.000 orang mengalami luka-luka selama bentrokan antara para pemrotes dan pasukan keamanan.
Kerusuhan itu muncul setelah Irak hampir dua tahun belakangan ini bisa menikmati keadaan yang relatif stabil. Antara 2003-2017, negara itu dilanda invasi negara asing, perang saudara dan pemberontakan ISIS.
Sumber: Reuters
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.