Ilustrasi TikTok. (Diolah dari Istockphoto/Elena Feodrina)
LENSAPANDAWA.COM –
TikTok cabang Australia membantah mengirimkan data pengguna ke China. Pernyataan ini muncul di tengah semakin buruknya hubungan antara Australia dan China.
TikTok dituduh mengambil data dari hampir 1 miliar pengguna aktif, 1,6 juta pengguna di antaranya berasal dari Australia. TikTok lebih spesifik dikatakan mengirimkan data itu ke Partai Komunis China.
TikTok Australia menyatakan membantah terdapat afiliasi dengan Partai Komunis China dan juga menyangkal telah mengirimkan data.
“TikTok tidak membagikan informasi pengguna kami di Australia dengan pemerintah asing mana pun, termasuk pemerintah China, dan tidak akan melakukannya jika diminta. Kami mengutamakan privasi dan integritas pengguna,” kata manajer umum TikTok Australia Lee Hunter.
Hunter juga menekankan fakta bahwa server tempat data disimpan berada di Singapura, bukan di China. Server tersebut memiliki akses terbatas dari entitas luar negeri.
“Kami selalu menyambut kesempatan untuk bertemu dengan pembuat kebijakan untuk membicarakan TikTok, termasuk langkah-langkah yang kami ambil untuk menjadikannya tempat yang lebih aman dan lebih kreatif,” tutur Hunter.
Salah satu anggota parlemen di Australia, Jenny McAllister, sebelumnya mengungkapkan kecurigaan perihal TikTok mengambil data pengguna dan mengirimkan ke Beijing.
“Ada laporan yang dapat dipercaya bahwa TikTok mengambil lebih banyak data daripada yang diharapkan para penggunanya, dan memoderasi konten dengan alasan bahwa penggunanya mungkin tidak nyaman dengan itu,” ujar McAllister.
Dilansir dari Daily Mail, Analis Institut Kebijakan Strategis Australia, Fergus Ryan mengatakan TikTok penuh dengan pengawasan massa dan propaganda massa.
Aplikasi ini juga menyensor semua pendapat anti-China dan antikomunis serta memiliki kemampuan untuk memberikan data kepada China.
Ryan mengatakan hal itu ‘tidak diragukan’ sebab terdapat anggota Partai Komunis China di dalam perusahaan. Pada Januari lalu TikTok dilarang digunakan semua personel Pasukan Pertahanan Australia dengan dalih keamanan.
Dilansir dari Business Insider aplikasi populer untuk berbagi video 15 detik milik perusahaan China, ByteDance, itu telah digunakan lebih dari 1,6 juta warga Australia yang sebagian besar berusia di bawah 25 tahun.
(jnp/fea)