Toyota Mirai generasi kedua berbahan bakar hidrogen muncul di sela-sela Tokyo Motor Show 2019 berlangsung Odaiba, Tokyo. (Foto: CNN Indonesia/ Muhammad Ikhsan)
LENSAPANDAWA.COM – Permintaan tinggi mobil hybrid dan mobil listrik di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang tidak bisa dihindari. Menanggapi fenomena tersebut, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengatakan tidak menutup kemungkinan untuk suplai sistem hybrid ke Daihatsu di dalam negeri.
Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono mengatakan bila pihaknya sampai saat ini sedang mempersiapkan membangun supply chain mobil hybrid dan listrik di dalam negeri agar bisa dirakit lokal. Fasilitas perakitan mobil hybrid dan listrik yang sedang disiapkan berlokasi di Karawang, Jawa Barat.
“Industri [otomotif] ke depan investasi tinggi. Jadi sebetulnya kesamaan platform ya harus begitu. Karena R&D ditanggung masing-masing nggak dapat [biaya produksi]. Makanya sekarang itu kolaborasi semua. Semua merek kan sama,” kata Warih di sela-sela Tokyo Motor Show 2019, di Odaiba, Jepang, pekan lalu.
Menurut Warih, Toyota Indonesia punya peluang untuk memproduksi mobil ramah lingkungan. Dengan keberadaan fasilitas produksi tersebut, sangat memungkinkan untuk menurunkan harga jual mobil hybrid dan listrik di Indonesia.
“Kami ingin berkontribusi agar 20 persen [mobil hybrid dan listrik] pada 2025 yang angkanya mencapai 2 juta unit itu terjadi. Pokoknya [produksi] produk [mobil] yang paling dibutuhkan masyarakat Indonesia,” ujar Warih.
Dijelaskan Warih, transformasi mobil konvensional ke mobil hybrid akan mengorbankan sekitar 50 persen komponen, sementara industri komponen untuk mobil Toyota diyakini sudah sangat siap.
“Seluruh supply chain untuk persiapan memproduksi mobil hybrid dan listrik Toyota sudah siap. Mereka akan beralih semua,” ucap Warih.
Ditemui di lokasi sama, Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal TMMIN Bob Azam menjelaskan akan melatih para karyawan pabrik untuk memproduksi mobil hybrid dan listrik.
“Nanti akan ada keahlian khusus bagi pekerja untuk produksi mobil hybrid,” tegas pria karib disapa Bob.
Konsumen Perlu Edukasi soal Mobil Hybrid
Wakil Presiden Direktur Toyota-Astra Motor (TAM) Henry Tanoto menegaskan ada beberapa hal yang membuat konsumen masih ragu untuk membeli mobil hybrid. Ini menjadi tugas TAM untuk mengubah pandangan konsumen terhadap mobil hybrid sebelum bertransisi ke mobil listrik murni.
“Banyak yang menjadi masalah, salah satunya awareness, pemahaman konsumen terhadap hybrid. Itu kami lakukan survei, orang yang dengar hybrid banyak nggak? Banyak 65 persen itu tahu hybrid, tapi begitu pas dikasih tahu mobil hybrid itu apa, itu masih rendah,” ucap Henry di Tokyo, Jepang
“Jadi kalau pemahaman masih rendah artinya manfaat mobil hybrid itu apa [konsumen] belum benar-benar mengerti,” imbuh Henry.
Karena itu, menurut Henry sebelum benar-benar masuk ke era mobil hybrid dan listrik, pihaknya punya pekerjaan untuk meyakini masyarakat agar mobil hybrid sesuai ekspektasi konsumen.
“Itu menjadi PR-nya kami. Kami sedang berusaha mengedukasi hybrid ke konsumen sehingga itu juga harapannya bisa mendukung pemerintah, sehingga kalau awareness-nya tinggi, pemahaman tentang hybrid tinggi mungkin juga demand-nya bisa lebih tinggi,” tukas Henry.
Namun, berdasarkan keterangan Henry, Toyota Indonesia yang sudah 1 dekade memasarkan mobil hybrid cukup berhasil untuk segmen mobil hybrid tertentu, salah satu contoh C-HR hybrid menorehkan penjualan paling tinggi di antara C-HR lainnya.
“Kan kami punya C-HR hybrid itu sekarang komposisinya 70 persen. Jadi sebenarnya sudah lumayan, memang sebenarnya yang menjadi masalah harga, tapi kan tadi pemerintah kan sudah memberikan rencana PPnBM, untuk hybrid tax-nya jadi lebih kecil dibandingkan yang non hybrid,” ucap Henry.
Henry berharap dengan insentif pajak mobil ramah lingkungan, diharapkan bisa menurunkan harga jual mobil hybrid dan listrik di Indonesia.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.