Ilustrasi. (Foto: CNN Indonesia/Ervina Anggraini)
LENSAPANDAWA.COM – Wakil direktur Hutchison Tri Indonesia M. Danny Buldansyah mengungkapkan gangguan listrik padam pada Minggu (4/8) siang memberikan kerugian bagi pihaknya.
Kendati ia mengaku susah melihat potensi kerugian jika diukur dari angka, namun ia memperkirakan kerugian sekitar 15 hingga 20 persen dari pendapatan harian. Danny memperkirakan Tri menelan kerugian sebesar Rp10 hingga Rp15 miliar selama waktu pemadaman listrik.
“Total kerugian material diperkirakan sekitar 15 hingga 20 persen dari pendapatan harian seperti biasa, atau sekitar Rp10-15 miliar,” jelas Danny saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (5/8).
Menurutnya kerugian material dilihat dari dua hal yakni dari pengguna layanan telepon, data, dan pesan singkat (SMS) serta dari orang yang mau membeli baru.
Danny juga mengatakan kerugian immaterial imbas listrik padam nilainya justru lebih besar. Kerugian yang dimaksud mencakup mobilisasi orang untuk proses perbaikan, mobile genset, hingga bahan bakar untuk kebutuhan genset.
“Kemarin susah koordinasi karena hampir semua (layanan), mati termasuk operator lain juga mati dan susah, ini yang membuat koordinasi agak lama dan susah sekali,” terangnya.
Danny menerangkan jaringan Tri turut mengalami gangguan tak lama setelah listrik padam sekitar pukul 11.40-11.50 WIB. Kendati demikian, ia mengatakan layanannya masih bisa diakses berkat baterai back up yang bisa bertahan sekitar 3-4 jam.
“Kita mobilisasi orang untuk memperbaiki sekitar 3500-4000 BTS yang mati total dan kami mengerahkan sekitar 400-500 genset mobile untuk pasokan baterai,” terang Danny.
Ia mengatakan secara berangsur-angsur layanan Tri mulai bisa digunakan kembali pukul 17.30 WIB. Pada Senin (5/8) sekitar pukul 03.00 dini hari seluruh layanan sudah bisa digunakan kembali. Untuk mengantisipasi kemungkinan pemadaman listrik bergilir, Danny mengatakan Tri akan mensiagakan genset demi memasok daya baterai BTS.