Tukang Las Ditagih Bayar Listrik Rp20 Juta, Netizen Kecam PLN

0
297
Tukang Las Ditagih Bayar Listrik Rp20 Juta, Netizen Kecam PLNIlustrasi tagihan listrik. (ANTARA/RENO ESNIR)

LENSAPANDAWA.COM – Banyak masyarakat yang mengeluhkan tagihan listrik mereka membengkak selama pandemi virus corona SARS-Cov-2 (Covid-19). Tak hanya di kalangan rumah tangga, kenaikan tagihan juga dikeluhkan di sektor usaha kecil, salah satunya Teguh Wuryanto, tukang las di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Dikutip dari CNN Indonesia TV, Teguh mengaku tagihan listrik yang dibayarkan membengkak hampir 10 kali lipat, dari rata-rata di bawah Rp2 juta menjadi Rp20 juta pada Mei 2020.

“Bulan Maret dan April itu tetap sama, Mei ternyata tagihan saya membengkak, saya ditagih Rp20 juta,” kata dia.

Sementara itu menurut Manajer Unit Pelanggan PLN Lawang, Sudarmaji mengatakan pembengkakan milik Teguh karena ada kerusakan kapasitor milik pelanggan listrik industri terus menyala.

Pihak PLN kata dia hanya menagih sesuai yang tercatat di meter listrik milik Teguh. Sedangkan kerusakan kapasitor listrik merupakan tanggung jawab pelanggan.

“Dia itu kapasitornya tidak berjalan, tidak otomatis sehingga mesin meteran tetap jalan,” kata Sudarmaji.

Alhasil tak sedikit warganet di Twitter yang menyayangkan keputusan PLN untuk tetap menagih Teguh meskipun ada keringanan yaitu ia bisa mencicil tagihan listriknya.

“Kok bacanya nyesek ya? Sudahlah salah di @pln_123 karena enggak ngecek kapasitor jadul, eh tagihan 20 juta pun tetap mesti dibayar, meski seolah-seolah sok baik dengan mengizinkan diangsur,” cuit @attararya.

[Gambas:Twitter]

Malah akun @SyabMed mengandaikan tindakan PLN itu sebagai ‘lintah penghisap darah’.

“Gila ya, ternyata tukang las yang tagihan listriknya 20 juta itu tetep kudu bayar listrik dengan cara mencicil. Sudah seperti lintah penghisap darah,” cuitnya.

[Gambas:Twitter]

Akun @erna_st menganggap jawaban PLN yang mengatakan kapasitor Teguh rusak hanya sebuah alasan dan tetap menuduh pelanggan yang melakukan kesalahan.

“Tagihan Listrik Tukang Las Rp20 juta, PLN: Alat Pelanggan Rusak. Ada saja jawabannya ya. Pokoknya customer yang salah. Kalau ini perusahaan swasta dan tidak monopoli, udah pasti ditinggalkan pelanggan sejak lama,” kata dia.

[Gambas:Twitter]

Atas berbagai keluhan, SEVP Bisnis dan Pelayanan Pelanggan PLN Yuddy Setyo Wicaksono menjelaskan kenaikan tagihan listrik masyarakat tidak terjadi karena peningkatan tarif.

BUMN di bidang kelistrikan itu tidak melakukan perubahan tarif dasar listrik.

Hanya saja, ada perubahan skema pencatatan meter kWh penggunaan listrik. Semula, PLN menggunakan hitungan meter kWh pelanggan sesuai penggunaan listrik rata-rata pelanggan di bulan-bulan sebelumnya.



Ketentuan ini dijalankan karena pandemi virus corona atau Covid-19 membuat perusahaan harus melakukan pembatasan petugas yang turun ke lapangan untuk mencatat langsung meter kWh penggunaan listrik pelanggan. Sebab, PLN tidak ingin membahayakan petugas dan pelanggan di tengah pandemi corona.

Kemudian, ketentuan itu berubah. Sebab, perusahaan sudah menerjunkan lagi petugas ke lapangan untuk melakukan pencatatan meter kWh sesuai penggunaan listrik yang sebenarnya. Ternyata, dari hasil pemantauan memang ada kenaikan pemakaian listrik oleh pelanggan.

Kedua, aktivitas masyarakat yang cenderung meningkat selama periode puasa. Sebab, jam sahur dan buka membuat durasi penggunaan listrik menjadi lebih panjang.

“Pas WFH itu, drakor jadi banyak yang tahu, karena kegiatannya di rumah, jadi nonton drakor di rumah, main game sepanjang waktu di rumah. Ini hiburan yang hindari keluar rumah dan berhubungan dengan listrik,” imbuh Yuddy.

(din/DAL)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here