Ilustrasi. (Foto: CNN Indonesia/Jonathan Patrick)
LENSAPANDAWA.COM – YouTube pada Agustus telah menghapus lebih dari 30 ribu video yang berisi ujaran kebencian. Selain itu YouTube juga berencana untuk memperbarui kebijakan pelecehan.
Platform berbagi video tersebut berencana melakukan perubahan mendasar dalam kebijakan tersebut.
“Kami telah menghapus konten berbahaya sejak YouTube dimulai, tetapi investasi kami dalam pekerjaan ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir,” kata YouTube.
Dalam 18 bulan terakhir, YouTube telah mengurangi jumlah view dalam video sebelum pada akhirnya dihapus. Jumlah view dalam video ujaran kebencian disebut dikurangi hingga 80 persen. YouTube bahkan berencana untuk menambah persentase pengurangan jumlah view sebelum menghapus video.
“Kami berusaha keras untuk memastikan konten yang melanggar aturan kami tidak banyak dilihat, atau bahkan tidak dilihat sama sekali, sebelum dihapus,” kata YouTube dalam sebuah unggahan di situs resminya.
Pembaruan terbaru YouTube disebut akan segera berlaku. Aturan ini fokus pada penghapusan konten, meningkatkan suara otoritatif, memberi penghargaan kepada pembuat konten yang tepercaya dan mengurangi penyebaran materi yang bertentangan dengan kebijakan.
Pembaruan saat ini menghapus video yang menampilkan pandangan supremasi terhadap ras tertentu. Termasuk video yang menyangkal keberadaan “peristiwa kekerasan yang seperti Holocaust atau penembakan di Sandy Hook Elementary.
Dilansir dari CNBC, perusahaan yang dimiliki Alphabet tidak mengungkapkan berapa banyak jumlah video dari video berisi ujaran kebencian. YouTube mengatakan jumlah view mewakili tiga persen dari total view dalam periode yang sama.
YouTube telah berada di bawah tekanan untuk mereformasi dan menegakkan kebijakannya tentang sejumlah masalah dalam beberapa bulan terakhir.
Pada Februari, YouTube menerima kritik dari pengiklan yang menolak platform tersebut menyusul laporan bahwa para pedofil menandai waktu ketelanjangan anak dalam kolom komentar .
Mengutip CNN, perusahaan juga berada di bawah tekanan untuk mempercepat penghapusan konten kekerasan. Pada Maret, perusahaan berjuang untuk menjaga salinan video dari penembakan massal dua masjid di Selandia Baru dari platformnya.