Pemerintah RI-Belanda genjot kerja sama perdagangan, investasi, dan pariwisata

0
172
Pemerintah RI-Belanda genjot kerja sama perdagangan, investasi, dan pariwisataMenteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Belanda Sigrid Kaag saat ditemui Antara di Jakarta, Senin (10/3/2020) malam. ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta.

LENSAPANDAWA.COM – Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Belanda sepakat untuk menggenjot kerja sama perdagangan, investasi dan pariwisata karena masih ada potensi besar bisa digarap untuk mendorong perdagangan bilateral tumbuh lebih positif.

"Kita harus memperkuat kerja sama bilateral dalam berbagai bidang, khususnya di sektor maritim, manajemen air, pertanian dan kesehatan," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.

Untuk membahas penguatan kerja sama kedua negara, Menko Airlangga mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerja Sama Pembangunan Kerajaan Belanda Sigrid Kaag. Pertemuan itu dilakukan di Bogor, di sela-sela kunjungan kenegaraan Raja dan Ratu Belanda di Indonesia.

Menko Perekonomian menyebutkan tahun 2018, Belanda adalah mitra dagang terbesar ke-15 dan investor terbesar ke-9 bagi Indonesia.

Perdagangan dengan negara yang terkenal dengan ikon kincir angin itu selalu menunjukkan surplus bagi Indonesia pada 2018 dengan nilai mencapai 5,14 miliar dolar AS. Dari nilai itu, ekspor Indonesia mencapai 3,90 miliar dolar AS dan impor dari Belanda senilai 1,24 miliar dolar AS.

Sedangkan pada tahun 2019, nilai total perdagangan kedua negara menurun 21,7 persen menjadi 4,2 miliar dolar AS.

Belanda juga merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-11 bagi Indonesia, dengan komoditas utama yakni minyak sawit sebesar 19,16 persen, kopra (11,31 persen), asam lemak monokarboksilat (10,69 persen), asam monokarboksilat asiklik tak jenuh (5,97 persen), dan timah (5,41 persen).

Sementara itu, komoditas impor Indonesia dari Belanda yakni distilasi coal tar mencapai 25,17 persen, kendaraan angkutan barang (7,10 persen), minyak bumi (4,39 persen), benang tow artifisial (2,64 persen), dan bahan makanan (2,12 persen).

Untuk realisasi investasi sektor riil Belanda di Indonesia pada 2019 mencapai 2,5 miliar dolar AS untuk 11.040 proyek atau meningkat 122 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari sisi pariwisata, jumlah wisatawan Belanda ke Indonesia pada 2019 sebanyak 215.287 orang, menempati urutan ke empat terbesar dari Eropa dan ke-16 dari seluruh dunia.

Tren peningkatan kunjungan turis negeri yang terkenal dengan bunga tulip itu rata-rata 4,88 persen per tahun sejak 2014.

Belanda merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi pasar pariwisata Indonesia dari Eropa dengan durasi kunjungan rata-rata lebih dari dua minggu, dengan perkiraan jumlah devisa asing yang didapatkan mencapai lebih dari 200 juta dolar AS per tahun.

Di samping itu, Belanda merupakan salah satu negara yang menolak adanya pelarangan minyak sawit, serta berpandangan perlunya meningkatkan dialog dan kerja sama yang lebih erat dengan negara-negara produsen minyak kelapa sawit.

Kedua negara telah menandatangani nota kesepahaman Joint Production on Sustainable Palm Oil yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri RI dan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Belanda yang difokuskan pada pemberdayaan petani kecil dalam memenuhi sertifikasi ISPO pada September 2019.

"Saya yakin masih ada potensi yang masih dapat dieksplorasi meskipun ada tantangan global yang kita hadapi," ucapnya.

Menko Airlangga menambahkan Indonesia dan Belanda juga harus lebih memperkuat kerja sama ekonomi, salah satunya setelah selesainya negosiasi dalam perjanjian Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

CEPA telah dilaksanakan sebanyak sembilan kali, yang terakhir diadakan di Brussels Belgia pada Desember 2019 dan rencananya pertemuan ke-10 diadakan di Bali pada Maret ini, namun masih ditunda karena menyebarnya COVID-19.

Sementara itu, Sigrid Kaag mengungkapkan Belanda akan semakin membuka peluang kerja sama dengan Indonesia, terutama di sektor maritim, logistik, ketahanan pangan, dan pendidikan.

Saat ini, Belanda sudah makin mengembangkan jangkauan dari universitas-universitas terbaiknya untuk meraih mahasiswa internasional.

Untuk itu, Belanda membuka diri apabila Indonesia memberikan kesempatan investasi di dunia pendidikan, baik untuk pendidikan tinggi maupun pelatihan vokasi.

Termasuk membuka kesempatan seluasnya bagi mahasiswa Indonesia belajar ke sana melalui beasiswa Nuffic-Neso, serta menyediakan sistem pembelajaran dalam jaringan menggunakan teknologi terkini.

Belanda juga akan terus menjalin hubungan ekonomi yang baik dengan Indonesia, mengingat beberapa perusahaan multi nasional milik negara tersebut sudah beroperasi di Indonesia dalam jangka waktu sangat lama.

Mereka juga berharap proses berinvestasi untuk ekspansi usaha perusahaan-perusahaan tersebut akan semakin mudah dengan adanya reformasi regulasi di Indonesia.

"Usaha mereformasi regulasi adalah tugas yang cukup menantang. Maka itu, kami dukung usaha tersebut (untuk Indonesia)," katanya.

Beberapa perusahaan besar Belanda yang beroperasi di Indonesia antara lain Unilever (fast moving consumer goods/FMCG), Phillips/Signify (elektronik), Royal Vopak (terminal), Shell (energi), Port of Rotterdam (pelabuhan), ABN Amro (bank), dan TNT (jasa kurir/logistik).

Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here