Petugas menghitung dan memeriksa uang rusak saat penukaran di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Tegal, Jawa Tengah, Selasa (14/5/2019). Menurut KPw BI Tegal, selama awal Januari hingga pertengahan Mei 2019 penukaran uang rusak seperti terbakar, sobek dan lusuh di wilayah Tegal, Pekalongan, Brebes mencapai Rp.9.090.000.000. Penukaran uang untuk kebijakan ‘clean money policy’ dengan meningkatkan soil level sehingga uang yang beredar di masyarakat dapat terjaga lebih baik. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.
LENSAPANDAWA.COM – Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat pada April 2020, di mana posisinya tercatat Rp6.238,3 triliun atau tumbuh 8,6 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,1 persen (yoy).
"Perlambatan pertumbuhan M2 tersebut disebabkan oleh perlambatan seluruh komponennya, baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko dalam info terbarunya di Jakarta, Rabu.
Onny menjelaskan, M1 tumbuh melambat dari 15,4 persen (yoy) pada Maret 2020 menjadi 8,4 persen (yoy) pada April 2020 disebabkan oleh perlambatan giro rupiah.
Selain itu, uang kuasi pada April 2020 tumbuh melambat, dari 10,8 persen (yoy) pada Maret 2020 menjadi 8,5 persen (yoy).
Perlambatan juga terjadi pada surat berharga selain saham, dari 44,6 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 20,6 persen (yoy) pada April 2020.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, kata Onny, perlambatan pertumbuhan M2 pada April 2020 disebabkan oleh kontraksi operasi keuangan pemerintah dan perlambatan penyaluran kredit.
Tagihan bersih kepada pemerintah pusat melambat, dari 14,5 persen (yoy) pada Maret 2020 menjadi 1,7 persen (yoy). Penyaluran kredit juga mengalami perlambatan pada April 2020, dari 7,2 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 4,9 persen (yoy).
Sementara itu, aktiva luar negeri bersih pada April 2020 tumbuh sebesar 15,8 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2020 sebesar 13,9 persen (yoy), sehingga menahan perlambatan uang beredar.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.