Panitia dan pengawas UTBK Universitas Brawijaya jalani rapid test

0
325
Panitia dan pengawas UTBK Universitas Brawijaya jalani rapid testPanitia dan pengawas UTBK Universitas Brawijaya (UB) Malang menjalani rapid test di Gedung Samantha Krida guna memastikan kondisi kesehatan mereka, Jumat (3/7) (ANTARA/HO/UNIVERSITAS BRAWIJAYA/End)

LENSAPANDAWA.COM – Sedikitnya 1.000 panitia dan pengawas Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Brawijaya (UB) Malang menjalani rapid test guna memastikan kesehatan dan kondisi mereka.

"Dalam pelaksanaan rapid test ini, kami bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI. Rapid test ini dilakukan demi pencapaian derajat kesehatan panitia dan pengawas secara prima," kata koordinator pelaksanaan rapid test UB, dr Syifa Mustika, Sp.PD-KGEH di Malang, Jumat.

Ia mengatakan uji sampel darah para pengawas dan panitia UTBK ini ini dilakukan di Gedung Samanta Krida, selama dua hari, Kamis dan Jumat (2-3/7).

"Rapid test ini merupakan langkah serius UB untuk mencegah meluasnya penyebaran COVID-19," ucapnya.

Selain itu, lanjutnya, untuk memastikan kesehatan pengawas ujian dan panitia dalam kondisi prima menjelang dilaksanakannya UTBK beberapa hari ke depan. Sekitar 1.000 orang pengawas dan panitia akan mengikuti serangkaian tes kesehatan.

Syifa Mustika berharap kegiatan ini (pemeriksaan kesehatan dan rapid test) tidak membuat panitia dan pengawas khawatir.

"Semua panitia dan pengawas yang terdaftar akan diambil sampel darah kapiler, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan sederhana. Harapannya pemeriksaan ini bukan untuk menakuti, melainkan sebagai upaya menjaga kesehatan panitia dan pengawas," tuturnya.

Hasil tes, menurut Syifa, akan diserahkan secara kolektif kepada rektorat untuk di tindaklanjuti.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan SDM Kesehatan, dr Mariya Mubarika mengatakan bahwa Kemenkes sangat mendukung apa yang dilakukan oleh UB dalam melakukan rapid test untuk sivitas akademika terutama saat menghadapi UTBK.

Menurut dia, rapid test di UB bukan sekedar mencari siapa yang reaktif, tapi juga mencari pola bagaimana sistem pembelajaran yang baik di masa normal baru.

Kemenkes sangat mendukung ide-ide dan usaha UB guna membantu mencari apa yang terbaik untuk proses pembelajaran. "Semoga nanti yang dihasilkan bisa menjadi regulasi pembelajaran di era normal baru agar peserta didik (mahasiswa) aman, yang ngajar juga aman," kata Mariya.

Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here