Anjungan minyak di lepas pantai Teluk Meksiko. ANTARA/REUTERS/Henry Romero
LENSAPANDAWA.COM – Harga minyak relatif stabil pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah optimisme ketegangan perdagangan AS-China akan mereda dan harapan ekonomi-ekonomi utama akan mengambil langkah-langkah stimulus untuk menangkal kemungkinan perlambatan ekonomi, setelah sebelumnya jatuh akibat kekhawatiran prospek permintaan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan September, patokan internasional untuk harga minyak, menetap 29 sen atau 0,5 persen lebih tinggi menjadi 60,03 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, naik 13 sen menjadi berakhir di 56,34 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah AS berbalik lebih rendah dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan ia tidak siap untuk membuat kesepakatan perdagangan dengan China.
Amerika Serikat mengatakan akan memperpanjang penangguhan hukuman yang mengizinkan Huawei Technologies, China, untuk membeli komponen dari perusahaan AS, menandakan sedikit pelunakan dari konflik perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.
"Ini adalah surut dan mengalirnya perang dagang AS-China dan beberapa harapan stimulus ekonomi yang datang di pasar-pasar ini, termasuk potensi stimulus fiskal oleh Jerman," kata John Kilduff, seorang mitra di Again Capital di New York.
Kekhawatiran atas tingkat permintaan minyak keseluruhan terus membebani harga minyak mentah. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun ini sebesar 40.000 barel per hari (bph) menjadi 1,10 juta barel per hari dan mengindikasikan pasar akan mengalami sedikit surplus pada 2020.
Reli di pasar ekuitas di seluruh dunia karena ekspektasi yang meningkat bahwa ekonomi global akan mengambil tindakan terhadap perlambatan pertumbuhan, juga memberikan dukungan terhadap harga minyak.
Suku bunga referensi pinjaman baru China ditetapkan sedikit lebih rendah pada Selasa (20/8/2019) setelah bank sentral mengumumkan reformasi suku bunga yang dirancang untuk mengurangi biaya pinjaman perusahaan, sementara di Jerman ada juga langkah positif.
Pemerintah koalisi Jerman mengatakan akan siap untuk mengabaikan aturan anggaran berimbang dan mengambil utang baru untuk menghadapi kemungkinan resesi.
"Pengumuman China tentang reformasi suku bunga utama selama akhir pekan telah mendorong ekspektasi pengurangan segera dalam biaya pinjaman perusahaan," kata Cantor Fitzgerald dalam sebuah catatan.
Para pedagang juga mengamati tanda-tanda ketegangan di Timur Tengah setelah Amerika Serikat menggambarkan sebagai patut disayangkan pembebasan sebuah kapal tanker Iran di pusat konfrontasi antara Iran dan Washington, memperingatkan Yunani dan pelabuhan-pelabuhan Mediterania agar tidak membantu kapal itu.
Selain itu, pasar menunggu data mingguan persediaan AS, yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan 1,9 juta barel dalam stok minyak mentah untuk minggu lalu. American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, melaporkan perkiraannya pada pukul 16.30 waktu setempat, diikuti oleh dan data pemerintah pada Rabu pagi.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.