Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi pada acara Pengukuhan Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) di Jakarta, Senin (13/4/2020). ANTARA/Mentari Dwi Gayati
LENSAPANDAWA.COM – Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang atau sekitar 8 persen dari total jumlah petani di Indonesia.
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi menjelaskan dengan kondisi tersebut, Kementan pun berupaya melakukan percepatan regenerasi petani dalam rangka pembangunan pertanian nasional.
"Petani milenial jumlahnya masih sekitar 2,7 juta orang, hanya sekitar 8 persen dari total petani kita 33,4 juta orang. Sisanya lebih dari 90 persen masuk petani kolonial, atau petani yang sudah tua," kata Dedi Nursyamsi pada acara Pengukuhan Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) di Jakarta, Senin.
Bahkan, melalui data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2019, jumlah petani muda terjadi penurunan 415.789 orang dari periode 2017 ke 2018.
Berdasarkan pernyataan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia dapat mengalami krisis petani karena petani yang tersisa umurnya sudah mendekati usia 56 tahun sehingga hasil pertanian menjadi kurang produktif.
Dedi menilai perlunya pelopor pertanian yang diharapkan membuat jejaring usaha pertanian untuk menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Selain untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian, petani milenial juga diharapkan meningkatkan produktivitas lahan dan komoditas.
Oleh karena itu, Kementan pun melakukan pengukuhan terhadap 67 Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) dari sejumlah provinsi di Indonesia, sebagai upaya untuk percepatan regnerasi petani.
Pengukuhan Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) terdiri dari 59 orang DPM yaitu petani berusia antara 19-39 tahun dan 8 orang DPA yaitu petani yang berusia di atas 39 tahun.
Duta petani tersebut berasal dari berbagai aspek komoditas, seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan hingga hortikultura. Bahkan, ada juga penyuluh pertanian yang mendampingi petani serta mentransfer inovasi dan teknologi informasi pertanian sehingga berhasil mecetak petani-petani sukses.
Dalam menghadapi situasi di tengah wabah COVID-19 ini, Dedi menegaskan pertanian merupakan garda terdepan pencegahan infeksi Covid-19 karena berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh.
Dedi menjelaskan banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pengusaha pertanian milenial khususnya di bidang produksi on-farm seperti sayuran segar, buah-buahan, susu, telur, kacang-kacangan, yang merupakan penyedia vitamin dan protein untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
"Dengan adanya teknologi saat ini, petani pengusaha dapat menggandeng tokoh masyarakat untuk promosi dan memasok bahan pangan segar ke masyarakat sekitar melalui e-commerce sehingga memperpendek rantai pasok," kata dia.
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.