Ilustrasi. WHO umumkan penularan virus corona bisa terjadi lewat udara atau airborne. (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)
LENSAPANDAWA.COM –
Badan Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya setuju dengan desakan para ahli yang menyebut penularan virus corona SARS-CoV-2 bisa terjadi lewat udara atau transmisi airborne, Rabu (7/7).
Padahal sebelumnya, WHO menyebut penularan virus corona terjadi lewat droplet. Droplet adalah cairan liur yang keluar lewat mulut atau hidung ketika berbicara, batuk, bersin, bahkan bernyanyi.
Ukuran droplet cukup besar, sehingga ia akan segera jatuh ke tanah atau permukaan benda ketika terlontar dari mulut atau hidung. tetesan ini biasanya tidak dapat terlontar jauh lebih dari 1,5 meter.
Berikut sejumlah konsekuensi atas pernyataan WHO kalau penularan virus corona bisa dihantar lewat udara.
1. Virus bisa melayang berjam-jam di udara
Airborne adalah transmisi yang menghantarkan aerosol atau droplet (tetesan liur) yang berukuran sangat kecil. Aerosol juga dikenal dengan droplet mikro.
Ukurannya kurang dari 5 mikrometer. Sementara droplet biasanya berukuran lebih besar dari 5 mikrometer. Karena kecil dan ringan, aerosol yang membawa virus corona SARS-CoV-2 bisa bertahan melayang di udara selama beberapa jam. Selain itu, aerosol ini juga bisa melayang cukup jauh.
menyebut virus corona SARS-CoV-2 bisa hidup di aerosol hingga empat jam. Sementara studi lain (belum peer-review) menyebut ia bisa bertahan 16 jam.
2. Penularan tak perlu kontak langsung
Penularan lewat udara lebih berbahaya sebab, penularan bisa terjadi meski tak ada kontak dalam jarak dekat. Hal ini diungkap ahli Epidemiologi dari Universitas La Trobe Australia, Hassan Vally.
Jika penularan lewat droplet, infeksi hanya terjadi jika orang yang sehat menghirup droplet dari orang yang terinfeksi Covid-19. Maka aerosol tetap bisa bertahan di udara meski orang yang sakit sudah meninggalkan ruangan.
Dengan diakuinya penularan bisa terjadi lewat udara, penerapan jarak sosial menjadi tidak efektif. Karena, virus bisa melayang jauh tanpa kontak dekat dengan penderita.
3. Buka jendela, perbarui filter AC, sinar ultraviolet
Dampak lain menurut Valley membuat virus ini bisa menular lewat saluran udara dan AC, seperti dilansir dari The Conversation.
Sehingga, disarankan untuk membuka pintu dan jendela, memperbarui filter AC, dan perbanyak sirkulasi udara luar.
Don Milton, ahli aerosol dari Universitas Maryland, AS, menyarankan gedung umum dan bisnis mempertimbangkan penggunaan air purifiers dan alat sinar ultraviolet (UV-C) untuk membunuh virus, seperti dikutip The New York Times.
4. Risiko lebih besar di dalam ruangan
Mengutip The Conversation, Valley menyebut risiko penularan makin tinggi pada ruangan yang padat orang dan berventilasi buruk.
Beraktivitas di luar ruangan disebut lebih aman ketimbang dalam ruangan yang padat. Namun, disarankan tetap menggunakan masker.
5. Memperketat penggunaan masker
Menurut Valley, negara-negara mesti memperketat penggunaan masker. Terpisah, Professor of Immunology, University of Pittsburg, Douglas Reed juga sepakat terkait penggunaan masker.
“Anda dapat mengurangi penularan melalui udara dengan menggunakan masker…memakai masker adalah cara yang sangat efektif dan murah untuk memperlambat pandemi,” kata Reed, seperti dikutip The Conversation.
6. Penularan udara masih jadi perdebatan
Para ahli sebenarnya masih berdebat soal penularan lewat udara. Sebab, menurut epidemiolog dan ahli penyakit menular Paul Hunter, bukti-bukti penularan lewat udara dianggap masih terbatas, seperti dikutip Live Science.
Hunter juga menjadi profesor dari Universitas East Anglia di Inggir san anggota komite pencegahan infeksi WHO. Ia berkeyakinan penularan lewat udara hanya terjadi pada situasi tertentu saja.
Para ahli epidemiolog menyebut pada kebanyakan kasus penularan Covid-19 terjadi lewat kontak dekat. “Kebanyakan akibat transmisi droplet,” jelas Amesh Adalja, spesialis penyakit menular di Universitas John Hopkins.
Sebelumnya WHO menyebut aerosol hanya dihasilkan dari beberapa lewat tindakan medis saja. Tidak terjadi akibat berbicara, menyanyi, bersin, dan batuk.
(jnp/eks)