Pengunjuk rasa memegang bendera Brazil bertuliskan SOS dalam unjuk rasa terkait kebakaran hutan Amazon di Sao Paulo, Brazil, Jumat (23/8/2019). Mereka menuntut perlindungan lebih atas hutan hujan Amazon. ANTARAFAOTO/REUTERS/Nacho Doce/foc.
LENSAPANDAWA.COM – Pesawat-pesawat perang Brazil menjatuhkan air ke hutan yang terbakar di negara bagian Rondonia, Amazon, dalam menanggapi protes global atas kehancuran hutan hujan tropis terbesar di dunia itu.
Presiden Jair Bolsonaro pada Minggu (25/8) telah memberi wewenang operasi militer di tujuh negara bagian untuk memerangi kebakaran hebat di Amazon untuk menanggapi permintaan bantuan dari pemerintah daerah, kata seorang juru bicara kantornya.
Reuters menyertai brigade pemadam kebakaran di dekat ibu kota negara bagian Porto Velho. Di wilayah itu, lahan seluas lebih besar dari lapangan sepak bola sudah hangus terbakar, tetapi api masih menyala di sekitar pepohonan pada wilayah yang kecil.
Belasan petugas pemadam kebakaran berpakaian kuning dari badan penegakan lingkungan Ibama dengan mudah menyapu daerah di sekitar tunggul-tunggul yang terbakar dengan menyemprotkan air memakai alat penyapu daun yang terhubung dengan tabung air yang dipasang di punggung mereka serta menimbunnya.
Sebuah video yang diunggah oleh Kementerian Pertahanan pada Sabtu (24/8) malam memperlihatkan sebuah pesawat militer sedang memompa ribuan liter air dari dua jet raksasa saat melewati awan asap di atas hutan.
Pengerahan pesawat perang dilakukan ketika para pemimpin negara-negara di negara-negara Kelompok Tujuh (G7), yang sedang bertemu di Prancis, menyatakan keprihatinan mendalam atas kebakaran tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu mengatakan G7 mendekati kesepakatan untuk memberikan "bantuan teknis dan keuangan" kepada negara-negara yang terkena dampak kebakaran Amazon.
Hampir 80.000 kebakaran telah tercatat di seluruh Brazil hingga 24 Agustus, angka tertinggi sejak setidaknya 2013, menurut lembaga riset luar angkasa INPE.
Bolsonaro mengumumkan militer akan dikirim pada Jumat setelah Brazil dihujani kritik dari masyarakat dan para pemimpin dunia karena pemerintah dianggap tidak melakukan apa pun untuk menangani kebakaran.
Dia juga mengatakan di Twitter bahwa ia telah menerima tawaran pesawat dan dukungan khusus dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk operasi pemadaman kebakaran. Tawaran diterima setelah kedua pemimpin itu berbicara melalui telepon.
Tetapi di luar Rondonia, pemerintah belum memberikan rincian operasional untuk negara bagian lain. Kementerian Pertahanan mengatakan dalam sebuah pengarahan pada Sabtu bahwa 44.000 tentara tersedia di wilayah utara Amazon Brazil. Pemeirntah tidak mengatakan berapa banyak dan ke mana jumlah tentara yang akan dikerahkan maupun apa yang akan mereka kerjakan.
Personel militer di sekitar Porto Velho tampaknya sebagian besar mengoordinasikan upaya pemadaman kebakaran, menurut seorang saksi mata Reuters.
Ketika diminta keterangan lebih rinci, Kementerian Pertahanan mengatakan kepada Reuters dalam sebuah pernyataan bahwa, di ketujuh negara bagian yang telah meminta bantuan, militer merencanakan operasi untuk mendukung prakarsa pemadam kebakaran yang sudah berlangsung. Menteri Kehakiman Sergio Moro juga memberi wewenang kepada pasukan polisi militer untuk membantu memerangi kebakaran, dengan 30 kelompok pasukan akan dikirim dari Brasilia ke Porto Velho. Kantor presiden mengunggah ke Twitter sebuah foto petugas polisi di pesawat menuju Rondonia. Pesawat tersebut dijadwalkan tiba pada siang hari.
Menteri Lingkungan Hidup Ricardo Salles mengunggah sebuah video yang memperlihatkan truk kuning pencegah kebakaran dan kendaraan pemerintah lainnya. Ia mengatakan mereka berada di lokasi untuk menangani kebakaran di Rondonia.
Presiden Kolombia Ivan Duque mengatakan pada Minggu bahwa ia akan mengusahakan pakta konservasi dengan negara-negara Amazon lainnya – pertama dalam pertemuan bilateral di Peru minggu ini dan kemudian di Majelis Umum PBB.
"Kolombia ingin memimpin pakta, pakta konservasi, antara negara-negara yang memiliki wilayah Amazon," kata Duque setelah bertemu dengan masyarakat adat di kota Leticia, Amazon, di Kolombia selatan. "Kita harus memahami perlindungan Ibu Pertiwi dan Amazon kita sebagai kewajiban, kewajiban moral."
Amazon adalah hutan hujan tropis terbesar di dunia dan dipandang penting untuk memerangi perubahan iklim karena jumlah besar karbon dioksida yang diserapnya.
Amazon, yang memberikan 20% oksigen di planet ini, adalah rumah bagi sekitar satu juta penduduk asli dari hingga 500 suku, serta sekitar tiga juta spesies tanaman dan hewan, termasuk macan tutul, kungkang, berang-berang raksasa, lumba-lumba sungai, monyet bersuara keras, burung tukan, reptil, katak dan serangga.
Ilmuwan iklim Brazil, Carlos Nobre, mengatakan ia khawatir jika 20-25% ekosistem hancur sehingga Amazon bisa mencapai titik kritis, setelah itu akan memasuki periode mandiri yang berkelanjutan ketika hutan dikonversi menjadi sabana. Nobre memperingatkan bahwa kekhawatiran itu bisa terjadi karena sudah 15-17% dari hutan hujan sudah hancur.
Sumber: Reuters
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.