PT Ewindo-PT Lautan Luas latih petani kembalikan kejayaan cabai di Lampung Tengah

0
303
PT Ewindo-PT Lautan Luas latih petani kembalikan kejayaan cabai di Lampung TengahCorporate Secretary Ewindo Firmansyah Sachroni (kedua kiri) dan Head of Government Relations And Assets Management PT Lautan Luas Tbk. Ridwan Adipoetra (kanan) mendampingi Lurah Binjai Agung, Lampung Tengah Imam Hanavi (kedua kanan) memberikan penyuluhan kepada sejumlah petani di sela kegiatan expo pertanian dan pembinaan petani bertema “Gelar Teknologi Alternatif Budidaya Cabai Hibrida (ALIBABA)” di Lampung Tengah, Rabu (12/2/20).(Antaranews Lampung/Ardiansyah)

LENSAPANDAWA.COM – PT East West Seed Indonesia (Ewindo) dan PT Lautan Luas Tbk kembali melakukan kegiatan pelatihan kepada petani yang berada Lampung terutama petani desa di Dusun III Cendana Sari, Desa Binjai Agung, Kecamatan Bekri, Lampung Tengah yang merupakan penghasil cabai terbesar di Indonesia pada 2010 lalu.

Pelatihan ini bertujuan untuk mengembalikan kejayaan produksi cabai di Lampung Tengah yang pernah dicapai di era 2010, dan Desa Binjai Agung merupakan sentra produksi cabai keriting di Provinsi Lampung, dan penduduk Desa Binjai pun bergantung pada sektor pertanian hortikultura.

Ditemui di lokasi pelatihan, Rabu, Corporate Secretary Ewindo Firmansyah Sachroni mengatakan, Ewindo telah menjadi mitra petani Indonesia selama 30 tahun dan telah membina tujuh juta petani hortikultura dengan 150 varietas benih.

Melalui teknik budidaya yang tepat, ia optimistis produksi cabai Desa Binjai dan di Indonesia dapat terus meningkat.

"Dengan adanya pembinaan ini kami berharap bisa menciptakan petani yang tangguh dan adaptif di segala kondisi yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan mereka serta mendorong pertumbuhan perekonomian desa. Kami optimistis Lampung mampu menjadi salah satu sentra tanaman hortikultura nasional,” katanya.

Sementara itu, Head of Government Relations and Assets Management PT Lautan Luas Tbk Ridwan Adipoetra menambahkan pihaknya memiliki visi untuk meningkatkan produktivitas cabai Lampung minimal delapan persen. Pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan para petani dalam teknis budidaya dengan memperhatikan kondisi tanah, cuaca dan iklim serta penggunaan pupuk yang tepat.

"Kita fokus tingkatkan produktvitas dulu. Ke depan saat produksi sudah melampaui kebutuhan, semoga akan ada investor yang tertarik membangun pabrik chili powder atau saus di Lampung untuk meningkatkan perekonomian masyarakat," harapnya.

Bejo Sumarno (40), salah seorang petani yang ditemui di sela acara mengataka, dalam beberapa tahun terakhir, produksi cabai di desanya merosot, dengan berbagai macam penyebab seperti hama dan penyakit, cuaca yang tidak bersahabat, serta kurangnya pengetahuan petani membuat banyak petani alih profesi.

Sejak ahun 1995 Bejo sudah menggeluti pertanian hortikultura sebagai buruh tani, baru sejak 2002 dirinya memulai budidaya di atas lahan milik sendiri.

"Dulu hanya buruh upahan saja, saya mulai budidaya cabai dengan lahan sendiri pada tahun 2002, dan pada waktu itu hanya ada satu jenis cabai saja. Kalau terkena virus ya gagal panen, sudah tidak dapat apa-apa kita," ujar Bejo.

Bejo menambahkan, sejak tahun 2007 dirinya mulai mengenal produsen benih sayuran tropis PT Ewindo. Ia mengaku dibawah bimbingan Ewindo dirinya mulai menerapkan berbagai metode budidaya yang mampu meningkatkan produktivitas dan meminimalisir risiko gagal panen.

"Sejak mengenal Ewindo kami diajarkan metode alibaba (alternatif budidaya cabai hibrida) di mana setiap lima bedeng cabai dipagar keliling menggunakan tanaman lain agar hama tidak langsung menyerang tanaman utama," ujarnya.

Bejo menjelaskan, di atas lahan seluas 1,25 ha, dirinya membudidayakan cabai keriting yang ditumpang sari dengan tomat dan gambas, ditambah tanaman lainnya seperti pare, bawang, kacang panjang, dan melon, teknis budidaya ini mengarahkan budidaya multikultur.

Misalnya, budidaya cabai harus diikuti oleh varietas lain seperti gambas, jagung manis, tomat, kubis dan timun, guna tanaman lain sebagai border atau sekat yang dapat menghambat penyebaran virus dan kutu kebul dan merupakan sumber pendapatan tambahan saat menunggu proses budidaya cabai yang membutuhkan waktu dan biaya yang lebih tinggi.

"Dengan metode tersebut, saya bisa memanen terlebih dahulu tananman gambas, tomat, dan tanaman lain yang masa panennya lebih cepat, sambil menunggu cabai yang baru bisa dipanen 70 hari 80 hari," terangnya.

Bejo menambahkan, dengan benih unggulan Cap Panah Merah dan rangkaian pemupukan dari PT Lautan Luas Tbk, omzet yang diraup Bejo meningkat, untuk cabai mencapai Rp50 juta ditambah tomat dan gambas sebanyak Rp25 juta hingga Rp30 juta setiap panen.

Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here