Rumah tradisional Kampung Toda tempat singgah wisatawan di Sumba Barat Daya

0
140
Rumah tradisional Kampung Toda tempat singgah wisatawan di Sumba Barat DayaIlustrasi – Seorang anak menaiki kuda di kampung adat Ratenggaro Desa Umbu Ngedo, Kodi Bangedo, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Rabu (28/8/2019). Kampung adat yang berada di tepi laut tersebut merupakan tujuan wisata budaya di pulau Sumba yang menawarkan suasana magis kehidupan masyarakat jaman dahulu. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/ama.

LENSAPANDAWA.COM – Kampung Toda, sebuah perkampungan berisi 22 rumah tradisional di Desa Pero Batang, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur, Senin diresmikan sebagai rumah singgah bagi wisatawan.

Peresmian ditandai dengan pengguntingan pita di pintu-pintu kamar pada dua rumah oleh Bupati Sumba Barat Daya Kornelis Kodi Mete, didampingi sejumlah pejabat di jajaran Pemkab, pejabat legislatif serta disaksikan para tamu.

Kabupaten SBD melalui Dinas Pariwisata memberikan fasilitas perlengkapan kamar, pendampingan dan mendorong warga kampung untuk memanfaatkan geliat pariwisata dengan membuka permukiman mereka sebagai daerah tujuan pariwisata.

Kepala Dinas Pariwisata SBD Christofel Horo mengemukakan bahwa peluncuran Kampung Toda, Desa Pero Batang, Kecamatan Kodi, sebagai rumah singgah wisata ini dilakukan pada hari ke-70 dari program 100 hari pemerintahan SBD yang baru serta mendukung program Tujuh Jembatan Emas yang telah dicanangkan.

Pada saat ini SBD sedang melakukan pendataan untuk menentukan 20 desa lain dalam program yang sama pada tahun mendatang.

Kampung yang dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata ini akan tetap menjaga kelestarian budaya yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dan diharapkan memberi dampak yang lebih luas bagi warganya, seperti dampak ekonomi yang akan mempengaruhi pula pada bidang kesehatan dan pendidikan.

Bupati SBD Kornelis Kodi Mete yang leluhurnya juga berasal dari Kampung Toda berpesan agar warga bisa membagikan kebahagiaan kepada para tamu yang datang dan sebaliknya para tamu yang hadir juga membawa kebahagiaan bagi orang Sumba.

Kampung Toda memiliki air bersih yang sangat penting artinya bagi masyarakat. Selain itu warganya memiliki adat dan budaya, dan akan menjadi lebih baik bila mengangkat cerita atau dongeng tentang kampung tersebut.

“Dulu orang tua mendongeng pada anak-anak sebelum tidur, sekarang dongeng itu sebaiknya ditulis, dalam bahasa Kodi, bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, Jepang,” ujar Kornelis.

Kampung Toda terletak di tepi Pantai Pero, ujung barat Pulau Sumba, dikenal dengan budaya pasola dan pajura atau tinju tradisional. Untuk menuju kampung tersebut dapat di tempuh dengan bus umum dari pusat kota di Tambolaka atau Waitabua, dengan jarak sekitar 35 km, kemudian dilanjutkan dengan ojek menuju kampung. Tarip menginap adalah Rp200.000,-/ kamar di dalam rumah menara dengan lantai dan dinding dari bambu serta atap jerami dengan fasilitas kasur, kelambu, lemari dan cermin serta kamar mandi bersama.

Penduduk bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, memelihara ternak, membuat kerajinan tenun dan anyaman dan sebagian menganut agama Marapu, serta masih sering melaksanakan ritual adat Marapu. Di dalam kampung dan di luar kampung terdapat kubur batu yang juga menjadi daya tarik wisata.

Kabupate SBD dapat dicapai dengan perjalanan udara, satu jam dari Denpasar, 45 menit dari Ende (Flores) dan Kupang, menuju Bandara Tambolaka, atau melalui kapal feri dari pelabuhan Sape, di Bima, Sumbawa, menuju Pelabuhan Waikelo, dan perjalanan darat dari Kabupaten Waingapu, Kabupaten Sumba Barat, dan Kabupaten Sumba Tengah.

Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here