Ilustrasi. Turis menyaksikan Proses Gerhana Matahari Total (GMT) dari Benteng Tolukko, Ternate, Maluku Utara. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
LENSAPANDAWA.COM – Harus diakui, kebanyakan kurikulum pendidikan di Indonesia masih mengenalkan bahwa bapak penemu teori evolusi atau seleksi alam adalah Charles Darwin.
Padahal, ada bukti sejarah yang mengatakan hal lain. Bahwa ide teori evolusi pertama kali lahir dari Indonesia, tepatnya di daerah Ternate, Maluku.
Adalah Alfred Russel Wallace, seorang Naturalis Inggris, yang sudah menjelajahi Indonesia sejak tahun 1850 dan sempat singgah di Ternate selama empati tahun. Namun sayang, namanya tenggelam di bawah bayang-bayang Darwin.
Selama kurang lebih 10 tahun, Wallace tinggal di wilayah Nusantara. Ia meneliti banyak hal terkait hewan endemik dan kekayaan alam di Tanah Melayu atau Tanah Sunda (Jawa, Sumatera,dan Kalimantan) hingga Nusantara bagian timur (Papua).
Selain itu ia juga mencetuskan garis imajiner Wallacea. Sebuah garis yang membelah Nusantara mulai dari Selat Makassar hingga Selat Lombok.
Garis Wallacea membuat garis tegas adanya perbedaan flora dan fauna di Asia, yakni Tanah Melayu dengan yang ada di Indonesia Tengah (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara) yang kini dikenal dengan Kawasan Wallacea. Menurut Wallace, kawasan Indonesia Tengah, adalah transisi antara Asia dan Australia.
Kalau itu, Wallace berfikir, penyebaran flora fauna di wilayah Nusantara timbul karena adanya usaha makhluk hidup untuk bertahan hidup. Ide itu dituliskan Wallace dalam makalah ‘Survival of the Fittest by Means of Natural Selection‘.
Salah satu makhluk hidup yang ia tuliskan adalah kumbang di Kalimantan, Bali, dan Lombok yang mampu selamat dari predator karena mampu menyesuaikan warna tubuhnya dengan warna tanah yang dipijak.
Saat tinggal di Ternate, tepatnya di desa Dodinga, Halmahera, Wallace terserang Malaria. Di kala demam tinggi itu, ide teori seleksi alam dari peran mutasi genesis yang dikoleksinya muncul.
Lewat makalah berjudul ‘On the pendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type‘ ia menyimpulkan bahwa perubahan pada makhluk hidup terjadi karena desakan alam yang memaksanya agar tidak mati terbunuh dilahap predator.
Lewat teori ‘survival of the fittest‘, Wallace menyimpulkan hanya mahkluk yang mampu menyesuaikan diri dengan alam yang bisa bertahan hidup dan mampu berkembang biak.
Pada bulan Maret 1858, ide seleksi alam tersebut ditumpahkan Wallace ke dalam sebuah surat yang dikenal dengan ‘Leter from Ternate‘ untuk dikirim ke Charles Darwin yang sudan masyhur di London Inggris.
Menurut Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) 2008-2018 Sangkot Marzuki, surat dari Wallace untuk Darwin itu menggemparkan para ilmuwan di Inggris.
“Menurut sejarahnya Darwin kaget ternyata di lunar sana, ada yang memikirkan teori seleksi alam. Setahun kemudian, tahun 1856, Darwin buru-buru terbitkan buku the ‘Origin of Species‘. Menurut kalangan ilmuwan banyak cuplikan dalam buku Darwin yang diambil dari teori Wallace,” kata Sangkot kepada CNNIndonesia.com, di sela-sela peringatan pameran Wallacea Weak di Makassar, (28/11).
Temuan Wallace kemudian dibacakan di pertemuan ilmiah di Linnean Society, London. Meski kalangan ilmuwan ‘terbelah’, di antaranya yang mengklaim bahwa Wallace lebih pantas disebut bapak teori evolusi, Linnean Society akhirnya mengukuhkan Wallace dan Darwin sebagai co-discovery atau penemu bersama teori evolusi.
[Gambas:Video CNN]
Wallace yang Dilupakan di Indonesia
Kekayaan hayati, ekologi, dan biodiversitas Indonesia berhasil menstimulasi pemikiran Wallace hingga mencetuskan teori seleksi alam. Namun sayangnya, warga dan pemerintah Indonesia tidak melihat peluang ekonomi dan pariwisata di balik jejak ilmu Wallace.
Menurut Sangkot, bekas rumah Wallace dan sumur yang ia ceritakan di buku ‘The Malay Archipelago’ di Ternate sudah hilang. Tak hanya itu, nama Alfred Russel Wallace yang sempat diabadikan menjadi nama kini sudah diganti pemerintah daerah setempat.
“Jadi nama Jalan AR Wallace diganti jadi Jalan Nuri. Tapi itu tidak apa-apa, karena kita bisa bangun kembali jadi Museum Wallace di Ternate, pencetus seleksi alam dan evolusi,” kata Sangkot.
Hingga hari ini, beberapa ilmuwan dan turis dari Eropa dan Amerika masih mengunjungi Ternate setup tahunnya untuk mengenang dan mempelajari peninggalan Wallace. Para turis mancanegara itu rela menyewa kapal Pinishi untuk mengitari kawasan Wallace hingga Ternate.
Take hanya itu, di daerah Serawak, yang kini menjadi bagian Malaysia, pariwisatanya berjalan baik hanya karena ada patung Wallace sedang berdiri. Sangkot menekankan, jika di luar negeri, peninggalan Darwin itu bisa jadi industri pariwisata bernilai ratusn juta dolar.
“Orang Indonesia harus mulai sadar, ada potensi pariwisata di tempat lahirnya teori evolusi di Indonesia oleh Wallace,” demikian Sangkot.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.