Mata uang Jepang, yen. ANTARA/Reuters
LENSAPANDAWA.COM – Kurs yuan China melemah pada perdagangan terakhir Selasa (Rabu pagi WIB) dan yen Jepang membalikkan kerugian sebelumnya setelah sebuah laporan bahwa Amerika Serikat akan mempertahankan tarif atas barang-barang Cina hingga pemilihan umum AS sehingga merugikan sentimen risiko.
Berita itu datang sehari sebelum penandatanganan perjanjian perdagangan AS-China fase satu untuk meredakan perang dagang yang telah berlangsung selama 18 bulan.
Bloomberg News melaporkan bahwa Amerika Serikat akan meninjau dan menghapus tarif yang ada tidak lebih dari 10 bulan setelah kesepakatan ditandatangani.
Departemen Keuangan AS pada Senin (13/1/2020) menghapus penunjukannya atas China sebagai manipulator mata uang dalam apa yang telah dilihat sebagai tindakan damai sebelum penandatanganan kesepakatan.
Sentimen risiko telah membaik dan permintaan untuk aset-aset safe haven seperti yen telah menurun di tengah tanda-tanda bahwa kedua negara lebih dekat untuk melemahkan perang perdagangan yang telah dipersalahkan sebagai hambatan utama terhadap pertumbuhan global.
Kesepakatan perdagangan "tidak membahas masalah struktural, tetapi setidaknya untuk pasar itu mengurangi beberapa tekanan dan beberapa kecemasan dan ketidakpastian yang mengganggu pasar sepanjang 2019," kata Mark McCormick, kepala analis valas Amerika Utara di TD Securities di Toronto.
Yen Jepang menguat menjadi 109,92 setelah naik ke 110,2, yen terbanyak per dolar AS sejak 23 Mei tahun lalu.
Yuan di pasar luar negeri melemah menjadi 6,89, setelah naik menjadi 6,87 per dolar AS, terkuat sejak 11 Juli tahun lalu.
Franc Swiss juga mencapai tertinggi sesi di 0,966 karena pembelian safe haven, sehari setelah Amerika Serikat menambahkan Swiss ke dalam daftar pantau manipulator mata uang.
Greenback naik terhadap euro karena penyeimbangan kembali akhir tahun yang menguntungkan mata uang tunggal dengan mengorbankan dolar AS terus dilepas.
"Kami mendapatkan beberapa pembalikan dari itu, bersama dengan, saya pikir kisah makro di Eropa umumnya masih lemah," kata McCormick.
Euro telah jatuh menjadi 1,1130 dolar AS dari tertinggi lima bulan di 1,1239 dolar AS pada 31 Desember.
Data pada Selasa (14/1/2020) menunjukkan bahwa harga-harga konsumen AS naik sedikit pada Desember dan tekanan inflasi yang mendasari bulanan menurun, yang dapat memungkinkan Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah setidaknya sepanjang tahun ini.
Fokus ekonomi utama AS berikutnya adalah penjualan ritel yang akan dirilis pada Kamis (16/1/2020).
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.